Langsung ke konten utama

Menjadi Manajer dalam Rumah Tangga


Seorang suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, maka peran istri adalah sebagai seorang manajer. Menjadi manajer dalam rumah tangga perlu menguasai banyak keterampilan. Seorang ibu bisa menjadi guru buat anak-anaknya, menjadi koki di rumah, juga melakukan pertolongan pertama jika anak sakit atau mengalami hal yang tak terduga. Seorang ibu juga harus bisa mengatur keuangan rumah tangga dengan sebaik mungkin.

Beragam hal yang harus dikuasai seorang ibu di rumah, tapi tidak ada sekolah khusus yang menyiapkan seorang ibu bertarung dalam rumah tangganya. Buku Bunda Cekatan memberikan solusi, tips, dan pengetahuan tentang 12 ilmu dasar manajemen rumah tangga seperti manajemen waktu, manajemen menu 10 hari, menata rumah, dan juga termasuk di dalamnya manajemen isi kulkas. 12 ilmu dasar agar seorang ibu bisa menjadi ibu profesional dalam keluarga.


Manajemen waktu adalah hal yang sangat penting buat seorang ibu. Biasanya seorang ibu merasa waktu begitu sempit buat dirinya. Pekerjaan rumah tangga seakan tiada habis-habisnya dan terus mengepung selama 24 jam. Pada bagian ini ada sebuah analog sederhana tentang efisiensi waktu, di mana aktivitas para ibu dikategorikan menjadi dua kategori utama, yaitu aktivitas utama dan aktivitas tambahan.

Waktu 24 jam diibaratkan sebuah toples kosong. Aktivitas utama adalah 3 buah jeruk dan aktivitas tambahan adalah beras. Agar beras dan jeruk muat ke dalam toples tersebut maka kita harus memasukkan buah jeruk terlebih dahulu. Dengan begitu beras yang masuk belakangan akan ikut masuk ke dalam toples dengan mengambil celah-celah di antara buah jeruk. Jika beras yang dimasukkan lebih dulu, kemungkinan jeruk yang masuk belakangan tidak akan muat dalam toples tersebut. Begitulah agar waktu dapat optimal dan efisien maka masukkan jeruknya dulu, artinya kerjakan hal-hal yang sifatnya penting dan wajib dilakukan. Setelah tugas besar tuntas dikerjakan, baru mengerjakan aktivitas tambahan lainnya. (Halaman 72)

Hal lain yang harus dikerjakan oleh seorang ibu adalah menyiapkan makanan untuk anggota keluarga. Walaupun mungkin ada Asisten Rumah Tangga untuk membantu hal tersebut, tapi penyusunan menu juga tak lepas dari tangan seorang ibu karena seorang ibu adalah manajer gizi keluarga. Kabanyakan ibu-ibu menghabiskan banyak waktu di dapur, karena itulah tips memasak cepat sangat diperlukan. Begitu pula dengan penyusunan menu, hal ini diperlukan agar waktu tidak habis digunakan hanya untuk memikirkan menu apa yang dimasak hari itu. Manajamen menu 10 hari bisa menjadi solusinya.

Kenapa 10 hari? Sebab bila menu dibuat seminggu, anak akan gampang menebak menu hari tersebut, karena menu yang sama jatuh di hari yang sama. Dengan menyusun menu sepuluh hari, maka menu yang sama tidak akan jatuh di hari yang sama. Patokan menu sepuluh hari ini juga harus menyesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga. (Halaman 89)

Menjadikan rumah rapi dan bersih juga sering menjadi beban pikiran para ibu. Apalagi jika anak-anak masih kecil dan senang bermain dalam rumah. Melihat rumah rapi tanpa mainan berserakan seperti mimpi yang tak pernah terwujud. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan manajemen mainan anak, yaitu mengelompokkan mainan anak dan hanya mengeluarkan mainan tersebut jika anak ingin memainkannya. Bila ingin beralih ke permainan lain bimbing anak untuk meletakkan mainan sebelumnya baru kemudian dikeluarkan mainan yang lain lagi.

Sering para ibu mengabaikan hal-hal penting dalam rumah tangga dengan alasan suami tidak keberatan dengan kondisi yang ada. Sang suami tidak protes dengan rumah yang berantakan karena anak-anak masih kecil ataupun tidak mempermasalahkan istri tanpa berdandan di rumah. Penerimaan dari pasangan atas kekurangan dari kita tidak boleh dijadikan pembenaran untuk tidak melakukan perbaikan. Karena itulah seorang istri atau seorang ibu harus terus belajar dan berubah. (Halaman 255)

Isi dari buku Bunda Cekatan adalah materi webinar yang disampaikan oleh Ibu Septi Peni Wulandani, pendiri komunitas Institut Ibu Profesional. Selain materi tentang manajemen rumah tangga, buku ini juga dilengkapi dengan cerita, pengalaman, dan tips dari para ibu-ibu yang telah mempraktikkan materi Bunda Cekatan di dalamnya. Buku ini memberi jawaban untuk para ibu yang ingin meningkatkan kualitas diri dalam kehidupan sehari-hari yang sangat bermanfaat.
***
Judul               : Bunda Cekatan
Penulis             : Niken Tf Alimah, dkk
Penyunting      : Team Editor Gazzamedia
Penerbit           : Gazzamedia
Tahun Terbit    : Cetakan I, Januari 2015
ISBN               : 978-602-8735-35-3

Tebal Buku      : 304 Halaman

Catatan : Resensi ini dimuat di harian Tribun Kaltim pada tanggal 28 Juni 2015. Pada resensi yang saya kirimkan ke sana, dua paragraph saya 'buang' karena merasa terlalu panjang. Paragraph yang saya buang ada di bagian yang dimiringkan di atas.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.