Langsung ke konten utama

Ketika Memendam Cinta pada Sahabat

   
    
Tsaaah! Judulnya agak sinetron yeee :p Ini karya Nurilla Iryani yang ketiga yang saya baca dan saya teteup suka. Walaupun kadar kesukaannya lebih rendah daripada 2 buku sebelumnya yaitu Yummy TummyMarriage dan The Marriege Rollercoaster. Kali ini Nurilla tidak berbicara tentang dunia pernikahan, tapi sebelum pernikahan.

Seperti yang sudah bisa ditebak dari judulnya Dear Friend with Love, novel ini memang mengangkat tema tentang persahabatan kemudian menjadi cinta. Karin dan Rama telah bersahabat selama 8 tahun. Tanpa Rama sadari, Karin memendam perasaan sayang kepada sahabatnya itu. Dan Karin juga tidak bisa mengungkapkannya secara terus terang kepada Rama. Sedangkan Rama, seperti kebanyakan cowok, tidak sadar dengan apa yang dirasakan Karin. Rama terus berpetualang dari satu cewek ke cewek lain hingga berujung pada yang namanya Astrid yang mendapat panggilan sayang dari Rama yaitu Cicit.


Cicit ini beda dengan kebanyakan cewek yang pernah dipacari Rama. Jika hubungan Rama dengan cewek lain selalu kandas karena mereka mempermasalahkan persahabatan Rama dengan Karin yang kelewat dekat, Cicit pada awalnya menerima kehadiran Karin. Malahan Cicit menolong Karin dengan menjadi model gratis untuk produk butik Karin.

Sementara itu Karin diperkenalkan ibunya dengan seorang pemuda bernama Adam yang merupakan anak sahabat ibunya. Ada juga teman main Karin saat masih kecil dulu. Saat pertama bertemu Adam, Karin malah bengong karena dia pikir yang dijodohkan dengannya pasti jelek, eh ternyata cowok keren tajir melintir karena kerja di perusahaan minyak di Saudi dan mirip Rio Dewanto. Disebut mirip Rio Dewanto saya sebagai pembaca langsung nyerocos, ‘Udah Karin, sama Adam aja.’ Hahaha….

Tapiii… Karin masih belum bisa move on dari Rama. Walaupun Rama kemudian merencanakan pernikahan dengan Cicit. Karena bagi Rama, Cicit beda dari cewek-cewek yang selama ini dipacarinya. Begitulah cerita di novel ini… Baca sampai ending dan Anda akan terjengkang begitu membaca endingnya. Wakakaka….

Seperti novel Nurilla Iryani lainnya, novel ini juga ringan buat dibaca dan banyak celutukan-celutukan yang bikin kita ngikik bacanya. Yang paling saya ingat sih yang bagian ini : “Kasian si waktu, dia selalu diandalkan untuk menyembuhkan luka. Harusnya dia punya gelar dokter.” LOL.

Menggunakan 2 sudut pandang penceritaan, satu dari sisi Rama, satu lagi dari Karin, maka kita bisa menelusuri perasaan hati masing-masing. Karin dengan cinta terpendamnya dan Rama yang tidak sadar-sadar juga. Cowok emang kebanyakan gitu sih ya? :p

Sama hal dengan 2 novel sebelumnya yang saya baca, di novel ini penulisnya tidak ribet dengan yang namanya setting dan focus ke konflik dalam ceritanya saja, di situ kadang saya merasa senang. Hehehe… Novel ini seperti ngomong sama saya : ‘Yanti, yuk, nulis novel lagi. Jangan stress kalau kamu enggak bisa mendeskripsikan setting dengan baik.’ Xixixixi….

Dan seperti yang saya bilang di atas, kalau ending novel ini akan bikin Anda terjengkang dan saya benar-benar suka endingnya. Saya sempat terpana sebentar membaca endingnya dan kemudian ngikik geli. Sepertinya Nurilla Iryani masuk menjadi penulis favorit saya nih. Yang karyanya selalu pengin saya baca. Entah kenapa buku ini seperti terus memanggil-manggil saya buat dibaca. Dan saya tidak bisa pindah ke buku lain sebelum selesai membacanya.

Sebenarnya ada bagian yang saya ingin ceritakan lagi terkait karakter tokoh Cicit. Tapi kalau saya ceritakan di sini, ntar endingnya ketahuan deh. Mungkin nanti di postingan terpisah, walau saya enggak janji juga :D

Judul               : Dear Friend With Love
Penulis             : Nurilla Iryani
Penyunting      : Herlina P. Dewi
Penerbit           : Stillettobook
ISBN               : 978-602-7572-07-2
Tahun Terbit    : 2012 (Cetakan I)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.