Langsung ke konten utama

Inspirasi dari Kisah Para Becak

          

  Buku anak termasuk genre buku yang masih sangat diminati pasar. Banyak orang tua yang tak segan mengeluarkan rupiah untuk membelikan anak-anaknya buku bagus. Dengan harapan anak bertambah wawasan dan kecerdasannya. Mengemas buku anak menjadi sesuatu yang bisa menghibur sekaligus memberikan pelajaran adalah hal yang harus disinergikan antara penulis dan penerbit.

            Salah satu buku anak yang hadir meramaikan dunia literasi tanah air adalah Lesus dan Kisah Becak-becak yang ditulis oleh Shabrina WS. Penulis satu ini ternyata tidak hanya piawai menulis cerita dengan segmen remaja dan dewasa, tapi juga pandai menulis cerita anak. Lesus adalah nama sebuah becak, sebuah angkutan darat yang menjadi langka atau bahkan menghilang di beberapa kota besar.

Lesus sebuah becak yang baru berubah menjadi becak yang cantik. Sebelumnya, Lesus adalah becak karatan dan kusam. Ketika hak milik Lesus beralih kepada Pak Sabar, Pak Sabar pun menyulap Lesus menjadi cantik. Lesus dicat dengan warna hijau. Atap dan tempat duduk Lesus pun diganti. Saat Lesus datang, teman-temannya sesama becak nyaris tak mengenali Lesus. Lesus dan teman-temannya kerap berkumpul, mengobrol dan bercengkrama di pangkalan becak.

Beberapa teman Lesus yang hadir meramaikan cerita bernama Kliwon, Buldoser dan juga Bentor. Ya. Bacak Motor. Jika di beberapa daerah kehadiran becak motor menimbulkan pro kontra terkait keberatannya para pengendara becak asli juga ojek, dalam cerita ini justru kehadiran bentor disambut dengan baik oleh sesama becak lainnya. Hanya Kliwon saja yang bermuka masam mendapati kehadiran Bentor di tengah mereka.

Kliwon merasa terintimidasi karena Bentor dia anggap sombong dan membanggakan diri karena mesin motor yang terpasang di tubuhnya. Hal itu juga karena Kliwon masih merasa sedih dan pilu karena penghinaan taksi kepadanya. Di mana Taksi mengatakan becak sebagai angkutan kelas rendah.

Suatu ketika, satu kabar tak sedap terdengar ke telinga para becak. Kabar tentang larangan becak untuk beroperasi lagi di kota. Berita itu hangat diperbincangkan oleh para pengemudi becak juga sesama becak. Mereka didera kekhawatiran karena kabar yang beredar tersebut.

Jika sebelumnya Shabrina WS dikenal selalu menyelipkan kisah fabel dalam karyanya, maka kali ini dia memakai tokoh yang tidak biasa yaitu becak. Hal ini bisa sekaligus mengenalkan alat transportasi yang mulai langka itu kepada anak-anak. Walau memakai tokoh utama becak, tapi pesan kebaikan tetap tersaji dengan manis dalam ceritanya. Pesan kebaikan yang diharapkan bisa menjadi pelajaran positif buat anak-anak yang membacanya.

Di antara pesan kebaikan yang tertuang dalam novel ini seperti jangan membuka aib teman sendiri. Saat itu Kliwon mengatakan kalau Sen tidurnya ngorok. Sen pun protes, karena merasa Kliwon telah menghinanya. Kliwon membantah, dia berkilah kalau dia mengatakan hal yang sebenarnya karena memang benar Sen kalau tidur suka memgorok. Dan Sen pun memberitahu Kliwon satu hal : ‘Hei! Kau lupa, Kliwon? Hanya kau yang tahu kalau tidurku ngorok, jadi kalau kau mengatakannya di depan umum, itu namanya kau membuka aibku!’ (Halaman 27)

Begitupun dengan yang tersaji di halaman 46 dan 47, saat itu Kliwon yang pernah sakit hati pada perkataan Taksi untuk dirinya berkesempatan membalas sakit hatinya kepada Taksi. Namun Kliwon tidak melakukannya. Kliwon pun memberikan alasan kepada teman-temannya.
‘Awalnya, aku ingin bilang ‘syukurin!’ karena saat itu aku ingat bagaimana dia dulu menghinaku. Tapi melihat wajahnya yang murung tiba-tiba aku tidak tega.’

‘Berhari-hari merenungkan kata-kata kalian. Kupikir, kenapa aku harus menghina padahal aku tahu bagaimana rasanya dihina?’ ucap Kliwon, ‘maksudku, aku tidak mau menghina, karena dihina itu rasanya sakit dan sedih.’ (Halaman 46 dan 47)

Penulis buku ini juga terkenal dengan diksi yang indah. Hal itu juga bisa didapatkan di buku ini. Seperti saat para becak harus menghadapi yang namanya perpisahan. Bentor pun berkata kepada teman-temannya : “Perpisahan memang menyedihkan. Tapi perpisahan tidak perlu ditakutkan kalau itu untuk kebaikan dan masa depan kita.” (Halaman 58)

Buku ini walaupun berstatus sebagai buku anak, tapi ketika orang dewasa membacanya, masih banyak nilai kebaikan yang bisa diambil. Sebuah buku yang memang layak dibaca dan menginspirasi pembacanya.

Judul buku    : Lesus dan Kisah Becak-becak
Penulis            : Shabrina WS
Editor             : Risa Ambarizky
Penerbit          : Rainbow (Imprint dari Penerbit Andi)
Tebal              : iv + 60 Halaman
Tahun Terbit : 2014


*Resensi ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Resensi Buku FLP*

Komentar

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.