Langsung ke konten utama

Cerita Seorang Ambiguous Genitalia

            


Suatu ketika seorang teman memasang status di FBnya : Cerpen anakku dimuat di majalah Irfan. Status itu disertai foto tampilan cerpen di sebuah majalah, dengan judul cerpen dan nama penulis yang terpampang jelas. Siapa nama penulisnya? Ya jelas lah nama si teman yang masang status. Ada beberapa komentar yang menanggapi foto tersebut. Ada yang bilang selamat, kemudian ada juga yang bilang anaknya hebat, sama seperti bundanya yang pintar menulis. Ada juga yang berkomentar, kenapa cerpennya ditulis bukan atas nama anaknya, tapi atas nama emaknya.

Heuheu… Ternyata kalimat itu ambigu. Dalam KBBI ambigu artinya bermakna lebih dari satu sehingga menimbulkan keraguan. Status teman tadi bisa diartikan cerpen anak yang ditulisnya dimuat di majalah atau bisa juga berarti cerpen yang ditulis anaknya yang dimuat di majalah. Sebagian rekan yang membaca status tersebut bingung. Itu jika terjadi pada kalimat yang kita temui, bagaimana kalau ambigu itu justru ada pada dalam diri?


Hal itulah yang diangkat oleh novelis keren bernama Adya Pramudita. Dalam karya keduanya yang diterbitkan ini bercerita tentang seseorang yang mengalami Ambiguous Genitalia ; terlahir dengan jenis kelamin yang meragukan. Adalah Louisa, seorang violinis atau pemain biola yang kariernya cemerlang kemudian menjadi selebriti. Membintangi sebuah iklan bahkan diminta untuk bermain dalam FTV. Terlibat hubungan dengan salah seorang actor, dan menjadi sasaran pemberitaan para reporter infotainment.

Namun segala hal tersebut tak membuat Loiusa gembira dan bahagia, justru ada kegelisahan yang terus menyerang perasaannya. Kegelisahan yang berasal dari tubuhnya yang tak tumbuh seperti pada wanita umumnya. Louisa tidak pernah mendapatkan haid bahkan saat usianya sudah melewati masa remaja. Louisa memendam perasaan iri saat Jingga sahabatnya mengeluh nyeri haid, sementara dia tidak pernah merasakannya. Begitupun dengan perkembangan tubuh yang menjadi ciri khas wanita, pada diri Louisa semua itu tidak berkembang. Louisa pun meragu pada identitas dirinya sendiri.

Louisa ingin menjadi dirinya sendiri, menemukan identitas dirinya tapi selalu terhalang pada maminya yang selalu mengintimidasi Louisa kalau dia adalah seorang wanita tulen. Terlebih kariernya yang sedang menanjak naik. Sampai pada satu ketika, suatu kejadian membuat Louisa pergi meninggalkan Jakarta menuju satu kota. Di sana Louisa menjalani pemeriksaan intensif terhadap tubuhnya. Maka didapatlah kesimpulan medis bahwa Louisa mempunyai kromosom XY, tidak ada rahim dalam tubuhnya dan ditemukan testis yang tidak turun ke bawah seperti laki-laki normal. Louisa adalah laki-laki sempurna karena memiliki kromosom XY meski tak tumbuh jakun di leher.

Mendapati kenyataan seperti itu membuat Louisa berada dalam kebingungan luar biasa. Dia seperti tidak mengenali dirinya sendiri. Dan saat-saat seperti itu yang terpikir olehnya hanyalah Jingga sahabatnya. Menemui Jingga akan satu paket dengan menemui Dimitri. 3 sahabat ini : Jingga, Dimitri dan Louisa memang sudah berkawan akrab sejak kecil. Ketiga sahabat itu sama-sama limbung mendapati kenyataan yang terjadi pada Louisa, terlebih Dimitri. Karena dia menaruh hati pada Louisa sejak dulu. Hanya Jingga yang berusaha melalui semua dengan normal walaupun sebenarnya itu juga berat untuknya.

Louisa pun berada di persimpangan jalan. Seperti ketika dia ingin ke kamar kecil di tempat umum, dia mengalami kegalauan ke mana harus melangkah : ke kiri untuk toilet pria, atau kanan untuk toilet wanita. Belum lagi ketika mami Louisa tahu dengan yang terjadi pada anaknya walaupun mami paling tahu dengan kondisi tubuh anaknya tapi dia selalu merasa perasaan seorang ibu takkan salah. Louisa anak perempuan.

**

Novel kedua karya Kak Adya yang saya baca dan sensasinya sama dengan Menjeda. Saat membacanya saya tidak bisa berhenti dan penasaran bagaimana ending dari kisah Louisa. Tema yang diangkat memang unik, yaitu tentang seorang yang mengalami Ambiguous Genitalia. 1 dari 2000 kelahiran bisa mengalami hal seperti ini.

Apa yang dialami Louisa berbeda dengan orang yang menyalahi kodrat yang diberikan oleh Tuhan. Untuk kasus Louisa sepertinya termasuk jenis kelamin yang salah diidentifikasi karena bentuk yang tak biasa. Dalam hal ini, penulisnya pun menuliskan sebab-sebab yang mungkin menyebabkan kasus ini terjadi pada Louisa. Tentang mengapa tidak ada pemeriksaan khusus secara medis pada diri Louisa hingga baru ketika dia dewasa pemeriksaan medis itu dilakukan juga dijelaskan penulisnya alasan itu satu per satu.

Kenyataan yang didapat Louisa tentu tidak mudah. Begitu pun untuk orang-orang terdekatnya. Belum lagi ketika gunjingan orang-orang terhadap apa yang dialami Louisa. Dalam novel ini pun penulisnya mengeksekusi dengan cantik bagaimana kebimbangan dan kekalutan yang dialami Louisa dan secara tidak langsung mengajak para pembacanya berempati kepada orang seperti Louisa. Yang seperti Louisa ya, bukan yang menyalahi kodrat. Yang normal tapi berubah gitu.

Kemudian tentang persahabatan Louisa, Jingga dan Dimitri yang rumit sekali. Persabatan 3 orang berlainan jenis ini memang rawan terlibat cinta segitiga. Begitu pun juga yang terjadi dalam novel ini. Yang menjadi rumit adalah saat 1 orang di sana ambigu. Yang dulunya sahabat mereka kenal seorang cewek kemudian berubah menjadi cowok. So? Ah, pokoknya rumit. Baca aja sendiri deh di novelnya biar ikutan ngerumit sama saya. Hahaha… Lihat bagaimana penulisnya menguraikan hal yang rumit ini hingga ke bagian ending.

Dan terakhir, ada 2 kutipan cantik dari novel ini yang saya suka banget :

'Ketika kau diam, waktu terus berjalan dan kau akan tua tanpa melakukan apapun, tanpa karya apapun.'
'Kedua sahabatku bagai telah mengelilingi dunia beberapa putaran sementara aku masih tersangkut di garis khatulistiwa.' 
Judul               : Namaku Loui[sa]
Penulis             : Adya Pramudita
Penyunting      : Sasa
Penerbit           : Moka Media
Tahun Terbit    : 2015
ISBN               : 979-795-964-3
Tebal Buku      : iv + 240 Halaman



Komentar

  1. Ya Allah, ceritanya rumit ya. Si teteh bisaan euy.
    Jazakillah "bacaan bergizinya" mba Hairi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Iry. Ceritanya rumit. Teh Tuti emang keren deh nulisnya. Waiyyaki, Mbak :D

      Hapus
  2. Makasih yantiii .... Aduh saya dibilang keren padahal mah masih unyu dalam karya. Heu heu

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih unyu tapi sudah cetar, Kakaaaa... Hehehee.... Good Luck, Kak Adya :D

      Hapus

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.