Langsung ke konten utama

Geek in High Heels

Halo berjumpa lagi dengan Yanti yang lagi tenggelam di kolam buku dan sedang berusaha keras menyelesaikan tumpukan buku yang belum dibaca plus ngereviewnya. Hihihihi…

Kali ini kita bercerita tentang satu buku karya kak Octa NH. FYI, saya suka baca tulisan kak Octa di blognya ini. Tokoh utama dalam novel berjudul Geek in High Heels ini bernama Athaya. Athaya merasa galau karena di usianya yang menjelang 30 tahun dia belum kelihatan kapan akan menikah. Sementara sepupunya yang jauh lebih muda dari dia akan segera menikah.


Di acara perkenalan keluarga besarnya dengan tunangan sepupunya itu, Athaya harus menerima kecerewetan tantenya tentang dirinya yang belum dapat jodoh lah, nggak kerja kantoran lah. Hal itu bikin Athaya melarikan diri dari acara keluarga dan kemudian ‘terdampar’ di sebuah café. Di sana dia ketemu sama satu orang yang ngajak dia kenalan. Tapi ya perkenalan biasa aja dan kemudian Athaya lupa.




Pada acara pertunangan sepupunya lagi-lagi Athaya merasa terintimidasi karena dia belum menikah, belum punya pacar juga. Si Tante malah menjodohkan Athaya dengan satu orang yang begitu melihat sepatunya Athaya langsung tidak tertarik. Jadi, si Athaya ini memang maniak banget sama sepatu terutama highheels. Kalau lagi stress gitu dia suka beli high heels. Waktu kerja dia menaruh high heels di samping laptopnya dan bikin dia semangat kerja. Dan dia juga menilai orang dari sepatunya. 

Kembali lagi ke Athaya yang melarikan diri, dia melarikan diri ke toko buku di mana di sana tengah ada acara temu penulis gitu. Penulis yang sedang di panggung namanya Kelana. Athaya berkenalan dengan Kelana dan dapat novel Kelana. Sementara itu Athaya juga kenalan  dengan kliennya yang bernama Ibra kemudian dekat.


Singkat kata singkat cerita Athaya kemudian dekat dengan dua orang cowok yang kemudian bikin dia bingung. Athaya yang awalnya nelangsa karena hubungannya dengan cowok selalu berakhir tragis kemudian malah ada dua cowok yang bikin dia bingung.


Demikian cerita Athaya. Sebagai seseorang yang lumayan lama ngejomblo, saya ngerasa banget gimana tidak enaknya menjadi Athaya. Menghadapi orang yang bertanya kapan nikah padahal yang paling ingin tau jawabannya terhadap pertanyaan itu ya kita sendiri. Jadi, gimana kita bisa ngasih jawaban kalau kita juga nggak tahu jawabannya apa. Masih misteri. So, stop deh ya nanya-nanya kapan nikah ke orang yang belum nikah.

Tentang penulisannya sendiri, oke ya. Kak Octa gitu loh yang nulis. Walaupun dari segi jalan cerita terlalu banyak unsur kebetulan. Tapi ya memang sering gitu ya, kalau dalam hidup kadang memang ada kebetulan-kebetulan yang sebetulnya adalah bagian dari TakdirNya. Kalau kata ustadz dalam hidup nggak ada kebetulan, semua sudah ada dalam rencanaNya. Kalau dalam sebuah karya tulis, ya ada dalam rencana penulisnya (dan tentu juga bagian dari rencanaNya), mbulet ya saya ngomongnya?


Akhirnyaa… Cukup sekian dan terima kasih.



Judul : Geek in High Heels
Penulis         : Octa NH
Penyunting : Herlina P. Dewi
Penerbit         : Stiletto Book
Tahun Terbit : 2013

Komentar

  1. Aku juga suka banget mbak baca tulisan mba octa di blognya... gak ngebosenin :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Toss sama Kak Rosa. Sesama fans blognya Mbak Octa :D

      Hapus
  2. Judulnya mengundang dan menjanjikan Mba tapi kok kesannya kurang dalem gitu ya? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, kelihatan ya dari review? Mungkin saya lagi nggak mood nulis review plus bacanya juga lagi nggak mood, Mas :D Tapi ini karya perdana penulisnya, karya selanjutnya insyaAllah lebih baik karena penulisnya punya ilmu yang mumpuni. Senang baca blog beliau :D

      Hapus

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.