Langsung ke konten utama

Every Mom can be a Writer!

Waktu nulis postingan Wishful Wednesday kemarin saya bilang kalau buku tentang menulis yang saya punya itu adalah Draf 1 nya Winna Effendi dan bukunya mbak Afifah Afra (Judulnya : Be A Briliant Writer). Ternyata saya lupa kalau saya punya buku tentang menulis lainnya yaitu Buku Sakti Menulis Fiksi yang diterbitin team majalah Annida dulu. Ihh… Itu buku tentang nulis yang pertama kali saya punya. Yang saya beli dengan sejuta harapan bisa jadi penulis juga. Dan sampai sekarang ya saya gini-gini aja. Jadi, tidak ada satu pun buku tentang menulis yang bakal bisa bikin kamu jadi menulis kalau kamu sendiri tidak memulai untuk menulis!

Dan satu lagi buku yang saya punya, yang baru saya beli tentang menulis adalah Momwriter’s Diary yang ditulis oleh Mbak Dian Kristiani. Beberapa waktu yang lalu ada lomba review buku ini, padahal saya udah punya dan udah dibaca juga. Tapi, saya tau kalau ada lombanya pas lagi mudik ke rumah ortu. Huhuhu… Bukunya ketinggalaaaan. 



Jadilah saya nggak bisa ikut lomba reviewnya *padahal kalau ikut juga nggak tentu menang :p yang penting ikut kan yeee*. Coba gitu ya punya kantong ajaib Doraemon, jadi semua buku saya masukin ke dalam kantong, kantongnya saya bawa ke mana-mana jadi kalau perlu buku tinggal ambil di kantong. *ngayal deh ngayal*


Kembali ke laptop eh ke buku Momwriter’s Diary, jadi ini buku tentang seluk beluk di dunia kepenulisan yang digeluti oleh penulisnya sebagai emak-emak juga, makanya ada kata Mom di judulnya. Karena namanya Diary, jadi ya isinya juga gitu. Semacam catatan hati gitu tapiiii… Isinya bagussss. Tentang menulis dikemas dalam bentuk catatan harian jadi yang bosanan kayak saya baca teks dan teori itu jadi tidak bosan bacanya. 

Isinya banyaaak. Dari ngebahas tentang Plagiarisme, mencari datangnya ide, tentang ngirim naskah langsung ke penerbit atau agensi, tentang sinopsis, deelel. Yang semuanya diceritakan dalam bentuk diary yang merupakan pengalaman penulisnya. 

Pada tulisan Dari Mana Datangnya Ide misalkan. Di sana Ce Dian bercerita tentang biasanya di mana Ce Dian dapat ide. Ide itu katanya terkadang seperti Jalangkung (mendadak seram sendiri karena nulis Jalangkung malam-malam. Dasar penakut!). Maksudnya seperti Jalangkung, datang tak diundang, pergi tak diantar. Terkadang ide datang mendadak saat naik motor. Nah, daripada ngelamun jadi usir aja si ide dulu ya. 

Ide itu seperti wangsit. Tapi kalau enggak dapat wangsit juga gimana? Jawabannya adalah Jemput!

Bagaimana cara menjemputnya? Baca aja di bukunya. *semacam nggak mau rugi karena saya kan udah beli bukunya, masa saya beberin di sini dan yang lain tinggal baca. Astagaaa… Pelitnya dikau yan. Padahal berbagi itu indah* *Errr… Malas ngetik soalna. Jawabannya lumayan panjang*

Kemudian tentang manajemen waktu. Nah ini nih.. Ini yang sering dipikirin plus jadi alasan buat mereka yang mau jadi penulis kan ya? Pengin sih nulis, ide ada, tapiiii… Nggak sempat. Sibuk ini itu. Main Hay Day lah, nonton Korea lah, belum lagi kalau ada acara nikahan Raffi-Gigi di TV *upss*. Kapan dunk waktunya buat nulis? Di sini juga Ce Dian menceritakan bagaimana dia memanajemen waktu buat nulis plus solusi buat yang nggak bisa ngatur waktu buat nulis. 

Misal, kalau kerja. Bisa nggak nulis? Bisa. Karena sebelumnya Ce Dian ini juga kerja, lho. Tipsnya juga bukan ngajak buat korupsi waktu tapi memanfaatkan waktu luang. Semisal, pas makan siang bawa bekal dari rumah. Jadi waktu yang lain cari makan kita bisa duduk di depan laptop buat nulis.

Atau ada yang beralasan anak suka rewel kalau ditinggalin nulis, Ce Dian juga kasih tips tuh di sana. Ada ibu-ibu yang tanpa ART di rumah dan energy sudah habis untuk urusan rumah tangga? Kata Ce Dian, kalau memang serius mau jadi penulis, ya kita harus pintar-pintar menyisihkan waktu. Jangan menyalahkan keadaan, kondisi atau apapun itu. Semuanya berasal dari kemauan kita sendiri. *jleb jleb jleb

Berhubung Ce Dia ini nulis macam-macam ya, dongeng binatang iya, kumpulan cerita kayak buku yang saya ceritain ini juga, novel juga, pictorial book juga, jadi ada per bab tersendiri yang ngebahas hal tersebut. Tak ketinggalan tentang sinopsis,, promosi buku dan banyak lagiii. Dari membaca buku ini kita bisa ngambil kesimpulan : Every Mom can be a Writer!

Sayangnyaaaaa…. Buku ini nggak ada daftar isinya. Sungguh disayangkan. Karena sebagai pembaca saya sangat memerlukan daftar isi. Terlebih ini buku kan berupa tulisan yang bisa memandu kita untuk menulis. Coba gitu ada daftar isi, jadi pas kita mau ngelirik tulisan tentang sinopsis tinggal lihat daftar isi dan meluncur ke halaman yang dituju. Sangat memudahkan buat pembaca seperti saya yang suka nggak mau repot :D

Tapiiiii…. Saya sangat terhibur dengan bonus komik yang ada di buku ini. Suka banget. Malah lebih dulu namatin komiknya daripada tulisannya. Hahaha… Nih, saya kasih foto komiknya satu ya. 



Judul         : Momwriter’s Diary
Penulis         : Dian Kristiani
Penyunting     : Marina Ariyani
Penerbit         : PT Bhuana Ilmu Populer
Tahun Terbit : 2014

Komentar

  1. Makasih sudah mau merevie ya. Semoga setelah baca buku ini, Yanti bisa jd penulis super produktif dan best seller pula!

    diankrist.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin buat doanya, Mbak Dian :D
      Senang bisa punya buku ini :D

      Hapus
  2. Menarik bukunya Mba Yanti. Seru sepertinya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.