Langsung ke konten utama

Call me Miss J - Orizuka

Sejak diperkenalkan dan dikompori Mbak Dhani tentang karya Orizuka, saya langsung kesengsem sama penulis yang satu itu. Sama karyanya maksudnya. Tanpa membaca karyanya terlebih dulu, saya sudah membeli 3 bukunya. Dan syukurlah ternyata saya suka sama goresan tangan Orizuka itu. Setelah 3 buku itu saya terus memburu karya Orizuka yang lain. Yang teranyar saya selesaikan baca judulnya adalah Call me Miss J.


Novel ini pernah terbit tahun 2006 silam, kemudian diterbitkan lagi oleh teen@noura (lini remaja NouraBooks) di tahun 2013. Seperti karya teenlit Orizuka yang lain, Call me Miss J juga mengangkat kisah dan permasalahan para remaja. Yang saya suka selalu ada nilai yang bisa diambil dari karyanya Orizuka ini. Enggak hanya bertutur tentang cinta-cintaan saja.

Lea adalah siswi yang terkenal di sekolahnya, tapi keterkenalannya bukan karena prestasi atau fisik yang lumayan. Terkenal justru karena wajahnya yang penuh jerawat dan sikapnya yang rada urakan. Kembali Orizuka mengangkat tokoh utama yang biasa-biasa saja. Tidak paling cantik, tidak juga paling pintar. Lea adalah sosok yang sangat biasa dibanding 3 sahabatnya : Sabil, Alex dan Vidi. 


4 bersahabat itu (Lea, Sabil, Alex dan Vidi) punya musuh bebuyutan di SMA mereka yaitu gengnya si Barbie, sang ketua OSIS. Mereka kerap berselisih, saling hujat atau mencari masalah satu sama lain. Barbie jugalah yang menjuluki Lea sebagai Miss J atau Miss Jerawat. Hal yang kemudian membuat Lea terkenal di seantero sekolah sebagai Miss J. 

Belum lagi masalah Lea dengan Dimas, Lea mengaku mencintai cowok itu. Dan hal itu justru dimanfaatkan oleh Barbie agar Dimas mempermalukan Lea dengan cara pura-pura membalas perhatian Lea. Lea yang sebegitu polosnya justru tak menyadari hal itu walaupun diingatkan oleh sahabatnya. Hal itulah yang memicu konflik Lea dengan para sahabatnya. 

Saat Lea jenuh dan stress dengan masalah yang dia hadapi, dia selalu mengasingkan diri ke lapangan bola. Satu tempat yang membuat dia berkenalan dengan Raya, siswa yang selalu ada di lapangan sepakbola dan diam-diam merokok di sana. Raya yang dikenal pendiam, menjadi bawel di hadapan Lea. Raya yang terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan tidak peduli dengan orang lain di sekitarnya. 

Kalau membaca sinopsis novel ini yang saya tulis di atas, mungkin sebagian dari Anda merasa ih, garing banget nih cerita. Namun, saya nggak merasa seperti itu. Orizuka betul-betul piawai mengemas cerita itu menjadi sesuatu yang wow. Penulis ini membuat saya penasaran dengan permainan plotnya hingga membuat saya tak bisa berhenti membacanya. Karakter gadia biasa yang diangkat Orizuka juga menjadi nilai plus untuk novel ini. Oh ya, untuk karakter tokoh-tokoh di novel itu saya jatuh cinta pada karakter Raya. Orizuka juga bisa membuat cerita itu berjalan jadi segar banget. Banyak humor-humor yang menggelitik yang bikin saya terkikik geli.

Tapi saya nggak akan bocorin seperti apa bagian lucu yang bikin saya terkikik itu. Cukup satu kali saat saya ketawa ketiwi dan suami saya nanya 'ada apa?' kemudian begitu saya ceritakan, dia memandang saya dengan wajah datar, seolah berkata 'di mana letak bagian lucunya?' Hahaha... Itu karena saya tidak pandai bercerita. Namun, buku ini benar-benar menghibur buat saya. 

Selipan nilai positif untuk remaja juga membuat nilai plus buat novel ini. Bagaimana membalik keadaan dari bullying orang kepada kita menjadi sesuatu kekuatan agar kita bisa move on dan tidak tenggelam dalam kerapuhan menghadapi bully itu. From zero to hero.

Tema yang diangkat tentang cintanya pun oke punya. Banyak kasus remaja sekarang yang mau melakukan apa saja demi cowok yang ditaksirnya. Hal seperti itu juga yang terjadi pada Lea. Kemudian lewat apa yang dialami Lea, para remaja bisa belajar harusnya nggak segitunya juga loh kita naksir cowok. Hihihi.... Begitu pun juga dengan persahabatan mereka. Saya suka corak persahabatan Vidi dan Lea.

Yang tidak ketinggalan disentuh Orizuka dalam karyanya adalah tentang keluarga. Di novel Call me Miss J juga begitu. Bagaimana akhirnya Lea menyadari kalau dia punya keluarga yang hangat. Begitupun dengan endingnya... Ah, manis sekali. I love this novel. Makanya jadi ngasih bintang 5 deh di Goodreads :D

Komentar

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.