Langsung ke konten utama

Membangun Kebiasaan demi Kehidupan yang Lebih Baik





Bagi sebagian manusia keahlian adalah bakat, tapi bagi sebagian yang lain keahlian adalah masalah latihan dan pengembangan. Menurut buku How to Master your Habits, keahlian adalah hasil pilihan, latihan dan pengulangan yang dibuat itu. Habits adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berpikir. Habits adalah suatu aktivitas yang dilakukan terus menerus sehingga menjadi bagian daripada seorang manusia. Dia adalah kebiasaan kita. 

Mungkin kita pernah merasa heran (kita? Saya maksudnya :p) Kenapa mas-mas penjual nasi goring itu begitu lihat memasukkan bumbu demi bumbu hingga tersaji nasi goreng yang enak. Yang rasanya dari hari ke hari ya sama kayak gitu. Tidak berubah. Padahal dalam proses memasaknya yang saya lihat sepenuhnya, tak ada sedikitpun mas-mas penjual nasgor itu mencicipi hasil masakannya. Kok bisa rasanya pas? Dan sama dari hari ke hari? Itu karena memasak nasgor sudah menjadi kebiasaan. Sesuatu yang dilakukan berulang-ulang akan membuat kita terbiasa melakukannya. 

Dalam buku ini sebagai bukti dari segala keahlian itu berawal dari kebiasaan, maka disodorkan pada kita satu halaman tulisan arab gundul. Saya? Jelas nggak berhasil membacanya. Kemudian disodorkan lagi tulisan arab gundul lain yang kali itu saya berhasil membacanya. Kenapa? Karena yang disodorkan adalah tulisan surah Al-Fatihah. Kita sudah terbiasa membaca surah Al-Fatihah berulang-ulang, jadi lah kita bisa membacanya walau tanpa baris-baris alias gundul. Itu karena kebiasaan, MasBro dan MbakSis.

Karena itulah buku ini mengajak kita untuk membiasakan sesuatu kebaikan. Dengan paparan-paparan yang sungguh memotivasi. 

Kita dapat menjadi apapun atau menguasai keahlian apapun yang kita inginkan bila kita benar-benar menginginkannya dengan cara membiasakan dan membentuk habits pada diri kita. Menjadikan yang luar biasa menjadi kebiasaan. 

Faktor yang menentukan kita melakukan habits ada 2 hal, yaitu practice (latihan) dan repetition (pengulangan) yang dilakukan dalam rentang waktu tertentu.

Untuk membiasakan habits ini seseorang harus punya strongwhy yaitu alas an yang kuat kenapa ingin melakukan sesuatu. Ada satu cerita yang dihadirkan di buku ini tentang strongwhy tersebut. Cerita yang menarik sekali. Karena saya malas ngetiknya, maka anda bisa membaca di bukunya.

Berapa lama kita perlu mengulang sesuatu agar menjadi kebiasaan? 

Ada yang berpendapat 21 hari, ada yang 28-30 hari, ada juga yang 40 hari, itu yang disebutkan di buku. Namun, saya teringat akan salah satu ceramah seorang ustadz bahwa untuk membuat sesuatu itu mendarah daging dalam kehidupan kita perlu waktu 120 hari. Itu karena berdasarkan penciptaan manusia. 40 hari pertama dari segumpal air, 40 hari kedua dari segumpal darah kemudian 40 hari berikutnya menjadi segumpal daging. CMIIW ya. Tapi kalau untuk menjadi ahli diperlukan latihan 10.000 jam dan itu dilakukan setiap hari. 

Berat untuk memulai? Tentu saja. Di buku ini juga ada bab khusus yang membahas tentang hal itu yang berjudul First of Hardest

Untuk memulai habits kita bisa melakukan 3 hal berikut :
1.    Mulai dari hal yang kecil. Jangan memasang target terlalu besar, ntar limbung.
2.   Temukan tempat habits. Kuncinya adalah setelah. Tempat maksudnya waktu kita melakukan habits. Misal : Saya akan menulis ‘setelah’ shalat subuh.
3.    Berlatihlah terus dan Lakukan setiap hari.
   Untuk memotivasi kita dalam membangun habits ini kita bisa minta bantuan teman untuk mengingatkan kita atau mengumumkannya ke public dan menyediakan sanksi bagi diri kita sendiri apabila melanggar.
 
Tahap berikutnya yang harus dilakukan dalam membangun habits adalah Kill the Excuses. Ini penting banget karena biasanya kita akan berkilah dengan alasan segunung untuk membenarkan segala penundaan atau hal-hal yang tidak bisa membangun habits.

Dan semua pembahasan di buku ini disimpulkan dgn kalimat sederhana : 'Nak atau tak nak. Kalau nak 1000 daye kalau tak nak 1000 daleh.' atau mau atau tidak mau. kalau mau 1000 usaha kalau tak mau 1000 alasan.’ Jleb banget deh.

Buku ini emang bagus dan keren banget. Ada banyak bahasan yang ngena dan serasa jleb banget.

Judul Buku          : How To Master Your Habits
Penulis               : Felix Y. Siaw
Penyunting         : Ramadhi
Penerbit              : AlFatih Press

Komentar

  1. Jadi mupeeeeeng -_____-
    Pinjem doong mbak yantiiii *langsung terbayang ongkir* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aisssh... Iyaaa. Ongkirnya sama dengan harga bukunya kayakna deh ya :D

      Hapus
  2. udah beli, tapi keburu disabet adekku, jadi blum sempet baca dh hho..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah, pinjam lagi dari adeknya, Mbak. Bukunya bagus deh :D

      Hapus
  3. Anakku yang punya buku ini nih. Dia fansnya ustad felix

    BalasHapus
  4. Mbak...buku ini isinya bagus sekali.. Betul sekali bahwa latihan dan pengulangan akan mempertajam keahlian.. Kayaknya buku ini wajib dimiliki utk kita2 yang hobi nulis dan ingin jadi penulis.. Buku ini bisa sbg motivasi... Kabur ah ke toko buku..ubek2 cari bukunya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Rita. Bukunya bagusss banget. Udah dapat nggak mbak bukunya? :D

      Hapus

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.