Langsung ke konten utama

That Summer Breeze



Perlu 3 orang buat menemukan buku ini di Gramedia. Saya, suami dan satu karyawan Gramedia Balikpapan. Saya ngebet pengin beli buku ini karena 2 alasan. Alasan pertama, Ini adalah karya Orizuka. Saya memang lagi penasaran dengan karya penulis yang satu ini. Dan hanya bermodal katanya-katanya tanpa pernah membaca satu pun karyanya, saya langsung membeli 3 buku Orizuka. Sebuah pertaruhan besar yang tidak pernah saya lakukan terhadap penulis lain. 

Alasan kedua karena harganya lumayan miring. 39 ribu sekian ditambah diskon 20% pulak. Makanya saya berputar-putar, berjongkok, berdiri di deretan novel demi mendapatkan buku ini. Memanggil karyawan Gramedia juga buat membantu saya karena sewaktu dicek di komputer masih ada stok 9 buku. Setelah 3 orang itu nyaris menyerah, Mas-mas karyawan Gramedia itu akhirnya menarik temannya buat membantu mencari apa yang saya mau. Yang ternyata langsung dijawab temannya, buku ini ada di rak depan dekat kasir. Gubrak! Coba nanya karyawan satu itu dari tadi. Tapi, kalau nggak gitu ga berasa dunk perjuangan mencarinya

Akhirnya buku ini saya dapatkan juga dengan harga 31 ribu sekian. Lumayan murah deh dibanding novel-novel dengan ukuran sejenis.

Dan hari ini saya menyelesaikan novel ini dengan berlinangan airmata. Huhuhu.... Sediiiih T_T. Saya penyuka happy ending, lho. Tapi, saya menghargai pilihan penulis buat menghadirkan ending seperti ini.

Ares dan Orion adalah saudara kembar. Mereka mirip secara fisik, tapi sangat berbeda dalam sifat dan kelakuan mereka. Orion cerdas dan jago basket, sementara Ares adalah tipe cowok ugal-ugalan gitu. Suka main music yang menghentak dan membangkang pada orang tua. Mereka berdua punya sahabat masa kecil bernama Reina. Tapi, setelah Reina pindah ke Amerika, mereka berdua tidak tahu lagi kabar gadis kecil itu. Padahal, 10 tahun yang lalu mereka berjanji untuk membuka surat permohonan yang mereka tanam di bawah sebuah pohon.

Ares menganggap Reina mengkhianati janji, sementara Orion terus mengharapkan kembali kehadiran gadis itu. Hingga pada satu ketika Orion berhasil berhubungan lagi dengan Reina. Reina juga berjanji untuk memenuhi janjinya datang ke Indonesia. Orion senang, tapi Ares justru menampakkan wajah tak bersahabat saat bertemu dengan Reina. Reina harus berjuang keras agar Ares mau memperhatikannya. 

Surat permohonan yang mereka kubur di bawah sebuah pohon juga akhirnya mereka buka. Dan surat permohonan itu ternyata menjawab semua misteri tentang latar belakang kehidupan mereka. Apakah ituuuuu?

Awal membaca saya menaruh simpati habis-habisan terhadap Ares. Seorang anak 'terbuang' yang tidak dianggap ada oleh orangtuanya. Tapi setelah membaca lembar demi lembar simpati saya pun akhirnya merata pada semua pihak. Saya bersimpati pada ayah yang beberapa kali diceritakan membabakbelurkan anaknya sendiri. Pada ibu dengan kemenyerahan akan keterlambatannya memberikan perhatian pada Ares. Mencelos rasanya saat Orion bertanya pada Ibu. "Kenapa sih Ibu cuma manjain aku? Kenapa ke Ares nggak pernah?" Dan ibu menjawab. "Udah terlambat, Ri. Ares udah terlalu marah sama Ibu. Ibu nggak bisa berbuat apa-apa lagi sama dia."

Simpati juga tentu saya berikan kepada Orion. Si anak sempurna yang selalu dinomorsatukan tapi justru penomorsatuan itu membuat hidupnya terbebani. Terlebih ketika gadis-gadis yang dia sayang justru mendambakan perhatian Ares. Bahkan, saya juga bersimpati pada Raul yang menghajar Ares habis-habisan. Raul melakukan itu karena dia tertekan di bawah bayang-bayang ayahnya yang menginginkan dia menjadi bintang basket seperti sang ayah.

Orizuka menuliskan sebuah kisah yang tokohnya tidak hitam berlumur lumpur hitam, bukan juga putih yang tiada ternoda. Justru, dari perpaduan hitam dan putih itulah kita bisa mengambil banyak pelajaran dari kisah ini. 

"Selalu nyalahin semua orang, tanpa pernah berpikir kalau setengahnya atau lebih adalah kesalahanku juga." (Hal 169) heuu... Itu kalimat Ares yang rasanya makjleb banget. Benar kan ya kalau terkadang kita menyalahkan orang lain, padahal kita juga ikut andil dalam kesalahan yang orang lain lakukan. 

Itu lah yang coba dijabarkan oleh Orizuka satu per satu. Keliaran Ares tak murni karena diabaikan begitu saja oleh keluarganya, tapi itu juga karena Ares tidak bisa jujur dan terbuka. Ayah dan ibu yang kecewa pada Ares juga tidak pernah menyelidiki kenapa Ares tidak pernah berhasil membaca satu buku. Hingga penyesalan itu terletak di akhir, mereka baru menyadari ketidakmampuan Ares bukan karena Ares bodoh atau tidak peduli tapi karena disleksia.

Data Buku
Judul                                 :  That Summer Breeze
Penulis                              :  Orizuka
Penyunting                        :  Ria Dahlianti
Penerbit                            :  Puspa Populer
Tebal Buku                       :  iv + 236 Halaman
Tahun Terbit                     :  Cetakan I, 2013
ISBN                                :  9786028290920


Komentar

  1. Jadi gegara baca2 status mbak dhani, pulang nanti saya berencana mau borong buku2nya Orizuka, muahahaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Idem, Kaka. Ini saya beli lagi 3 buku Orizuka :D

      Hapus
  2. baru baca cuap-cuap penulis dan prolog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.