Sindikat 12 adalah momok bagi polisi-polisi Sat Reserse Narkotika. Sindikat 12 adalah sindikat para gembong narkotika yang sangat kuat, terorganisir, dan nyaris tidak tersentuh hukum. Ada tujuh orang dari dua belas pemimpin Sindikat 12 yang tewas dalam satu tahun. Hal itu memancing kecurigaan Bram, seorang polisi di sat reserse narkotika. Dibantu Erik, seorang polwan yang menjadi asistennya, Bram melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
Di saat bersamaan, pimpinannya di kepolisian pensiun dan digantikan oleh seorang polisi bernama Burhan yang mempunyai hubungan yang kurang baik dengannya. Di bawah kepemimpinan Burhan, Bram menduga dia akan mengalami masa-masa berat dalam perjalanan kariernya. Dan dugaan Bram benar.
Penyelidikan yang dilakukan oleh Bram baru dimulai, tapi sebuah kabar mengejutkan diterimanya. Satu lagi pemimpin sindikat 12 yang tewas. Dan hanya tersisa 4 orang dari 12 orang tersebut. Ini semacam pembunuhan berantai, pikir Bram. Di tengah penyelidikan, Bram menemukan ada seorang perempuan yang selalu hadir di TKP di tengah kerumunan masyarakat saat kejadian diendus polisi. Setelah diselidiki perempuan itu adalah Miaa. Seorang anggota kepolisian yang telah dipecat dari satuannya.
Dari 4 orang yang tersisa kemudian berkurang satu orang lagi, Soko Galih. Sebelum terbunuh, Soko Galih sempat mengirimkan faks kepada Bram yang terputus di tengah. Faks yang bertuliskan nama Frans. Satu nama yang dulu menguasai semua jaringan narkotika. Pada akhir masa kepemimpinan Frans, terjadi konflik intern besar-besaran. Frans dan seluruh keluarga terbunuh.
Tokoh-tokoh lain pun kemudian bermunculan seiring dengan nama Frans yang diselidiki Bram dan Erik. Ada Johan, putra Frans yang ternyata masih hidup. Aretha yang kerap dijuluki wanita penyihir yang mempunyai bisnis cuci uang dan tempat para mafia narkotika ‘bersandar’ untuk memasukkan uang mereka ke dalam sistem perbankan. Juga ada Indira, seorang wanita cantik yang sangat disayangi dan selalu dicari Johan. Indira adalah perempuan berhati bersih, orang yang salah di tempat yang salah.
Konflik-konflik pun terus bermunculan di sepanjang cerita, satu per satu pimpinan sindikat 12 juga menemui ajalnya. Kemudian ketika di penghujung cerita pembaca akan dihadapkan dan dikejutkan dengan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi.
Metropolis adalah karya ketiga Windry Ramadhina yang saya baca setelah Memori dan Montase. Berbeda dengan Memori dan Montase yang kental unsur romancenya, sentuhan romance di Metropolis sangat sedikit. Metropolis lebih bergenre thriller dengan mengambil konflik di kalangan mafia narkotika. Namun, sama hal dengan Memori dan Montase, karya Windry Ramadhina tak pernah mengecewakan saya.
Walau sempat tersendat-sendat membaca di awal, tapi pada akhirnya setelah halaman 60an cerita di novel ini sudah menyeret saya ke alur dan plot yang terjadi di dalamnya. Menebak-nebak dan penasaran apa sebenarnya yang terjadi pada Sindikat 12, dan siapa dalang di balik pembunuhan itu.
Alur dan plot yang disajikan Windry dalam Metropolis juga sangat rapi. Saya tidak menemukan unsur kebetulan yang terlalu dipaksakan. Petunjuk-petunjuk kecil yang disebar dalam cerita akhirnya mengarah pada satu titik yang membuka tabir apa yang sebenarnya terjadi.
Satu-satunya hal yang membuat saya agak janggal dikit lah ya adalah bocoran informasi seorang reserse dari Sat Cyber Crime kepada Bram. Saat Erik yang mengetahui informasi yang disampaikan reserse itu dibungkam untuk selamanya, kenapa reserse Sat Cyber Crime itu justru bebas berkoar-koar. Tapi, kalau nggak gitu, informasi nggak bakalan kebuka dan akan tetap jadi misteri ya, Kaka. Jadi, dimaklumi saja.
Oya, satu hal lagi yang agak menganggu saya ketika membaca adalah ada kata yang diulang-ulang. Misal untuk Erik, entah berapa kali disebut polwan itu. Seakan menegaskan kalau Erik adalah seorang polwan. Padahal itu sudah disebut di awal cerita. Kalau pun misalkan ingin memberikan info kembali kalau Erik adalan nama seorang wanita, ya nggak harus sesering itu juga info diberikan.
Dan kesimpulannya, adalah ini novel keren. Dibutuhkan riset dan juga nafas yang panjang buat nulis kayak ginian. Ya iya lah, menyajikan informasi-informasi terkait dunia mafia narkotika, tentang pencucian uang yang dilakukan, juga menyusul alur dan plot yang sebegitu rapi tentu dibutuhkan kerja keras dan semangat dalam melakukannya. Salut buat penulisnya.
Dan ending novel ini Sempurnaaa.... "Aku seorang Al, Miaa." Sempurna buat bikin sekuelnya dan saya menantinyaaa..... :)
Judul : Metropolis
Penulis : Windry Ramadhina
Editor : Mira R, Anin P, Fanti G
Penerbit : PT. Grasindo
Tahun Terbit : 2013 (Terbitan Baru. Pernah diterbitkan tahun 2009)
Tebal Buku : 350 + vi Halaman
kirain aku mau ngebahas mengenai corby eh ternyata review buku :)
BalasHapussaya belum pernah membacanya mbak -,-
Hehehe... Bukan kapasitas saya, Mak, ngebahas Corby. Jadi ngereview buku aja :D
HapusMasih ada di Gramed bukunya :D
Wah buku thriller bisanya emang seru utk dibaca.
BalasHapusCovernya menarik sekali ya.
Iya. Covernya seperti menyiratkan isinya. Dunia hitam. Buat saya yang suka romance, covernya terasa mengerikan :D
HapusKarya Windry Ramadhina.... aku belum pernah membaca karyanya.
BalasHapusSepertinya menarik sih apalagi reveiwnya menarik gitu.
Jadi penasaran baca bukunya.
Dia termasuk yang nggak sering2 banget nerbitin buku. Ada jeda lumayan panjang biasanya di karya2nya. Baru 5 kalau nggak salah novelnya sejak tahun 2007 atau 2008.
Hapussaya suka karya windry.. pgn baca ini jg..
BalasHapusTosss... Sama, Mbak :D Saya suka sejak baca memori :D
Hapusini buku yang baru aku baca..
BalasHapusseruuu dan menegangkan .. setiap lembarannya bikin penasaran
dan yaaa sempet selalu balik ke page awal yg tentang nama-nama sindikat 12 ahhaa
Samaaa... Saya juga susah ngapelin nama2 Sindikat 12-nya, Mbak. Tapi, suka juga sama kisahnya. Emang seru yaa... :-)
Hapus