Akhirnya
selesai juga menuntaskan Citra Rashmi. Sebuah karya dari Tasaro GK. Hemm,
melihat nama penulisnya seakan sudah menjadi jaminan mutu karya-karyanya. Saya
suka sejarah, saya suka tarian jemarinya Tasaro GK, jadi saya pikir saya juga
akan menyenangi karyanya kali ini. Tapi, nggak tentu juga sih. Buktinya sampai
sekarang saya belum menuntaskan Nibiru padahal saya memilikinya. Tapi Nibiru
kan cerita fantasi, dan fiksi fantasi bukan genre yang saya sukai.
Setelah
membacanya beberapa hari akhirnya selesai juga membaca novel dengan ketebalan
624 halaman ini. Udah tebal, besar pulak. Bukunya pun sudah lecek karena
beberapa kali saya baca kemudian tertidur dan buku tebal itu bisa berpindah di
bawah bantal. Hahaha... Beneran jadi buku bantal deh.
Citra
Rashmi sarat dengan adegan ciat ciat ciat, adegan laga yang memainkan pedang,
perkelahian, terbang, berputar, dan sejenisnya. Penjelasan profil penulis di
halaman akhir seperti menggambarkan inspirasi dari Citra Rashmi. Penulis yang
mengaku bertumbuh dalam sandiwara radio semacam saur sepuh, Tutur Tinular dan
sebagainya. Maka, drama sejenis itulah yang ditampilkan dalam Citra Rashmi.
Ide
cerita Citra Rashmi adalah seputar Perang Bubat. Perang Bubat terjadi saat
sekeluarga penguasa Tanah Sunda dibantai pasukan Gajah Mada. Dalam beberapa
artikel yang saya baca tentang Perang Bubat ini, Dyah Pitaloka Citraresmi,
putri dari kerajaan Sunda bunuh diri. Dan sepertinya novel Citra Rashmi ini
akan bercerita hal yang berbeda. Soalna awal buku ini ditulis begini : Engkau
pikir dia menikam jantungnya dengan sebilah belati dan membiarkan orang-orang
Wilwatikta merendahkan martabatnya yang menjulang tinggi? Tidak temanku, tidak
seperti itu. Mulut-mulut rendah itu
boleh mengoceh apa pun untuk mengubur kisah keperwiraan Citra Rashmi. Tapi aku
akan mengatakan kepadamu cerita yang tidak akan engkau temui ketika engkau
tanyakan kepada siapa pun tentang dirinya. Nah rada beda kan?
Citra
Rashmi menyamar sebagai Sannaha, dia adalah putri mahkota kerajaan Sunda.
Dikirim ke luar istana, masuk ke sebuah pedopokan yang dimiliki dan dipimpin
oleh Candrabhaga. Di sana Citra Rashmi dijadikan mata-mata istana. Pada suatu
hari yang ditentukan, Sannaha dijemput pulang. Saat Sannaha tidak ada di
padepokan itu, padepokan itu diserang oleh para prajurit istana sehingga harus
menyingkir keluar dari ibukota kerajaan.
Sannaha
juga pernah diculik pada usia 10 tahun. Penculikan yang dilakukan oleh
Yaksapurusa, pemberontak kerajaan paling berbahaya di Kerajaan Sunda.
Yaksapurusa memiliki 4 tangan kanan yang dia didik sejak masih belia : Elang
Merah, Merak Hitam, Harimau Emas dan Kuda Putih. Sannaha kemudian dibantu
meloloskan diri oleh Elang Merah. Tangan kanan Yaksapurusa yang paling kuat dan
satu-satunya orang yang memiliki hubungan darah dengan Yaksapurusa.
Elang
Merah adalah anak tunggal Yaksapurusa. Pembebasan Sannaha yang dilakukan Elang
Merah itu merupakan cikal bakal berkembangnya perasaan di hati Sannaha dan
Elang Merah. Perasaan yang menjelma menjadi sesuatu yang rumit di antara
keduanya. Perbedaan status keduanya, yang satu putri mahkota, yang satu anak
tunggal pemberontak nomor wahid, menyebabkan mereka berdua memiliki cinta yang
tak termiliki. Walaupun saling menginginkan satu sama lain.
Pada
saat Citra Rashmi beranjak dewasa dia kembali ke padepokan Chandrabhaga yang
bersarang di lereng gunung Pangrango. Sannaha punya tujuan khusus kembali ke
pangkuan gurunya itu. Linggabhuana, ayahnya yang bertahta di Kerajaan Sunda,
ingin memerintahkan 1000 pasukan untuk menghancurkan padepokan Chandrabhaga.
Tapi, Sannaha yang sudah merasakan ikatan batin antara guru dan murid membuat
dia menawar keputusan ayahnya. Terlebih, Sannaha adalah murid kesayangan
Chandrabaga.
Sannaha
menawarkan akan membubarkan pedepokan Chandrabaga tanpa pertumpuhan darah.
Tapi, di saat Sannaha kembali dan ingin menyampaikan maksud ayahnya, ancaman
serangan dari Yaksapurusa yang justru menghadang Sannaha. Murid-murid terbaik
Yaksapurusa menyusup masuk menjadi murid di pedepokan Chandrabaga yang membuat
pedepokan itu dalam kondisi terdesak. Sannaha pun berada di garis terdepan yang
membantu menyelamatkan pedepokan Chandrabaga yang telah banyak membantu dirinya
berkembang dari sisi pertahanan diri dengan begitu pesat.
Di
saat-saat terdesak, Elang Merah selalu muncul menyelamatkan Sannaha walau
dengan risiko menentang ayahnya sendiri. Tapi, jangan harap hubungan Sannaha
dan Elang Merah seperti sepasang kekasih yang saling pandang penuh cinta dan
kemesraan. Mereka seperti layaknya musuh. Pandangan kesenduan kadang dilukiskan
saat menatap punggung masing-masing. Jadi, teringat cinta sebatas punggung
dalam cerita yang ditulis Dee di Rectoverso.
Saat
Sannaha berhasil kembali ke istana, masalah lain pun kembali menghadang sang
putri mahkota. Masalah intern istana tentang siapa yang berhak mewarisi tahta
sampai pada lamaran dari Raja Wilwatikta yang ingin menjadikan Sannaha
permaisuri. Konflik dalam istana, lamaran Raja Wilwaktikta dan misi balas
dendam yang masih menggebu dalam diri Sannaha yang akan berlanjut ke buku
keduanya. Yup. Buku ini adalah buku pertama dari dwilogi Citra Rashmi. Bukan
cerita yang benar-benar baru, kisah dalam buku ini pernah terbit secara
bersambung di Harian Republika serta novel berjudul Pitaloka (Cahaya) dan
Takhta Nirwana.
Kembali
Tasaro GK menunjukkan kepiawaiannya meracik cerita. Adegan-adegan laga dan
kolosal digambarkan dengan begitu hidup. Beberapa alur bisa saya tebak walau
sempat mengecoh seperti pada misteri siapa penyusup suruhan Yaksapurusa di
pedepokan Chandrabhaga. Namun, yang menjadi titik perhatian saya adalah
bagaimana penulisnya begitu piawai menyelipkan unsur romansa dalam cerita
dengan sangat pas. Tidak lebay tapi sewajarnya. Dan itu sudah terlihat sejak
bab pertama. Tidak ada pengungkapan perasaan yang menye menye, apalagi kiss and
hug. Kualitas sebuah tulisan tidak ditentukan dengan adanya adegan itu kok.
Malahan
tokoh-tokoh yang terlibat perasaan adalah mereka yang tidak bisa mengungkapkan
secara lisan atau sentuhan. Tapi, pembaca tahu dan merasa bagaimana dalamnya
perasaan mereka karena ada dialog-dialog dalam hati mereka. Dan sebagai pecinta
romance, hal itu membuat saya termehek-mehek pada cerita romansanya.
Berharap
lanjutan buku ini segera terbit. Tidak seperti sodara-sodaranya yang berasal
dari ayah yang sama yang lanjutannya tak kunjung muncul.
Judul
: Citra Rashmi
Penulis
: Tasaro GK
Penyunting
: Indradya SP
Penerbit
: Qanita
Tebal
Buku : 624 Halaman
Tahun
Terbit : Cetakan I, September 2013
ISBN
: 9786029225990
***
Saya menulis resensi ini dua kali. Pertama nulis ini buat di blog, kemudian saya edit buat dikirim ke Korjak. Alhamdulillah dimuat Senin tanggal 24 Februari 2014. Cerita saya tentang resensi di Korjak ada di sini
hiks belum baca citra rashmi...
BalasHapusKalau Pitaloka sama Takhta Nirwana sudah baca belum, Mas? Itu sama aja kok dengan buku ini :)
Hapus624 hal ??? *pengsan
BalasHapusPlus lagi ukuran bukunya gede, Mbak. Bukan seperti novel kebanyakan :)
Hapussaya selalu suka tulisan2 tasaro mbak.. cuma ya itu,, kadang bosan dengan adegan perang yang terlalu detail.. hehe
BalasHapussalam kenal..
Salam kenal juga, Mak. Iya bener. Saya juga kadang bosan, suka yang romance2 aja. Tapi tetap asyik buat dinikmati ya, Mak ;)
Hapusaku baru selesai baca novel ini... wkwkwk.. baca karena sebelumnya suka sama novel tasaro yg galaksi kinanthi.. meskipun suka skip adegan silat tapi penasaran banget sama kelanjutan novel iniii...
BalasHapusToss, Mbak. Saya juga suka Galaksi Kinanti dan penasaran jadinya sama karya Tasaro yang lain. Iya, Mbak. Penasaran banget dengan lanjutannya. Moga segera terbit :D
Hapussaya suka bahasa Tasaro... kata-katanya seperti membelit, hingga perlu membaca lagi, memahami, dan membaca lagi....lagi... ^_^
BalasHapusromance nya bagus juga...daleeemmmmm..hahaahhaa
Setujuuu... Romancenya daleeem banget. Saya juga penyuka karya Tasaro :D
Hapuskayaknya masih lama deh yang seri 2 ...
BalasHapussecara diya masih banyak utang seri 2 novel yang laen ..... :D
Iyaaaa. Banyak banget lanjutan seri lain. Yang MLPH, trus Nibiru. Lanjutannya lamaaa banget nungguinnya... :D
Hapusnunggu lanjutannya juga dan ndak terbit-terbit. haha
BalasHapussabarnya mesti ditebalin nunggu lanjutan buku ini :D
Hapus