Langsung ke konten utama

Only You - Ketika Senyummu itu Melumpuhkan

sumber : Goodreads

Dulu sekali, saya pernah melihat betapa terlukanya seorang anak saat kedua orangtuanya berpisah. Masih ada senyum di wajahnya saat berada di depan saya, tapi luka terlihat jelas dibalik senyumnya. Saat itu saya menyadari, kalau yang paling terluka saat kedua orangtua berpisah adalah anak-anak mereka. Seperti Lexa yang terluka ketika orangtuanya berpisah, bahkan Lexa merasa sebagai anak terbuang. Selepas kedua orangtuanya berpisah dan masing-masing orangtuanya kemudian menikah dan menjalani kehidupan dengan keluarga masing-masing, Lexa tidak tinggal bersama salah satu dari kedua orangtuanya tapi dengan Tante Lina, adik mamanya.

Apa yang terjadi dengan kedua orangtuanya itu membuat Lexa tak mempercayai yang namanya pernikahan dan bertekad untuk tidak ingin menikah sepanjang hidupnya. Tapi itu dulu, sampai kemudian Lexa mendapati satu lukisan yang menjadi titik balik kehidupannya. Lukisan itu seperti bercerita banyak hal dan menyedot Lexa ke dalamnya. Lexa pun ingin memiliki lukisan itu, tapi si penulis yang bernama Aditya keukeuh tidak ingin menjual lukisan tersebut.


Di satu sisi, mamanya Lexa kembali hadir dalam kehidupannya membawa sebuah rencana pada Lexa yaitu perjodohan. Adalah Galang, seseorang yang direncanakan mamanya Lexa untuk menjadi suami Lexa. Dan dapat ditebak, Lexa menolak perjodohan itu. Penolakan yang membuat seorang Galang yang tak pernah ditolak wanita menjadi penasaran.

Lexa masih terobsesi dengan lukisan berjudul ‘Ruang Rindu’ yang keukeuh tidak dijual Aditya, pun dengan Galang yang masih terus mengejar Lexa. Kebetulan-kebetulan terus mempertemukan Lexa dengan Aditya, hingga keinginan dia untuk tidak menikah kemudian luntur dengan kehadiran pria itu. Namun, penolakan yang terus dia dapat. Penolakan yang terhubung dengan masa lalu Aditya yang terus mengikat.

***

Novel berjudul Only You karya Mustika Amalia ini berlabel Naskah Pilihan Pemenang Lomba Novel Wanita dalam Cerita. Sebenarnya pesan yang ingin disampaikan dalam novel ini dan konflik yang coba diusung sangat menarik. Saya suka dengan pesan yang ingin disampaikan bahwa tidak semua hal yang kita inginkan bisa kita dapatkan.

Cerita di dalam novel ini tentu akan lebih menarik dengan meminalisir kebetulan-kebetulan yang terjadi di dalamnya. Di antara kebetulan yang terjadi, Lexa ke galeri lukisan, melihat lukisan Ruang Rindu, kemudian mengetahui pelukisnya adalah Aditya. Kemudian Lexa berniat merenovasi butiknya, eh ternyata Aditya seorang konsultan arsitektur. Lexa juga makan siang di kafe tak jauh dari butiknya, dan ternyata pemiliknya adalah Aditya. Lexa punya pelanggan yang ingin melaksanakan pernikahan dengan menggunakan jasanya merancang busana buat pernikahan, ternyata pelanggannya itu adalah adik Aditya.

Kebetulan-kebetulan yang berserakan di novel ini sebenarnya bisa diminimalisir misalkan Lexa berniat merenovasi butik dan di sana dia melihat lukisan Ruang Rindu kemudian berniat memilikinya. Tidak usah melihatnya di galeri sehingga kebetulan yang terjadi terlalu banyak.

Begitu juga dengan hal-hal yang tidak mempengaruhi jalan cerita ada baiknya tidak perlu diikutkan dalam cerita. Apalagi jika kejadian itu terasa janggal. Semisal, saat Lexa dan Aditya ke Jogja dan ternyata hotel yang mereka pesan hanya tersedia satu kamar lagi. Saat itu Lexa bilang ke Aditya “Sudah pesan saja, toh hanya semalam, kan? Nanti aku saja yang tidur di sofa. Aku sudah terlalu capek untuk mencari hotel lain.”

Saat membaca perkataan Lexa pada Aditya saya mengira hari sudah larut malam karena Lexa sudah terlalu capek untuk mencari hotel lain. Tapi apa yang terjadi di adegan berikutnya, ternyata hari masih siang dan mereka kemudian berjalan-jalan mengitari Jogja di hari itu. Hooo…. Terlalu capek nyari hotel tapi masih bisa jalan-jalan? Lagian, kejadian satu malam sekamar juga tidak berpengaruh apa-apa dalam cerita. Bukan ngarep ada apa-apa terjadi di antara mereka sih, tapi kejadian satu kamar ini kalau enggak dimasukin dalam cerita juga tidak berpengaruh apa-apa.

Novel ini juga memuat perjalanan tokoh-tokoh di dalamnya ke puncak Gunung Gede. Dan terlihat sekali penulisnya mengetahui seluk beluk Gunung Gede, kita bisa membaca stel-step penjelahan mereka di Gunung Gede dan menikmati keindahannya lewat deskripsi yang disajikan dalam novel ini. Begitu juga dengan filosofi edelweiss yang dituturkan di novel ini.

Cerita dalam novel yang berisi tentang pendakian gunung sudah banyak kita temukan, di antaranya 5 cm. Tapi dalam 5 cm, diceritakan kalau mereka diminta Genta untuk mempersiapkan diri dengan latihan fisik (kalau tidak salah selama 3 atau 6 bulan, saya lupa). Sedangkan dalam novel ini pendakian ke Gunung Gede tanpa rencana dan tidak ada persiapan apa pun. Lexa malah kaget sewaktu tahu pemotretan prewedding yang diselenggarakan adiknya Aditya harus mendaki Gunung Gede. Lexa ikut karena dia yang merancang baju yang akan dikenakan adiknya Aditya.

Judul               : Only You
Penulis             : Mustika Amalia
Penerbit           : PT Bentang Pustaka
Tebal Buku      : vi + 250 Halaman
ISBN               : 978-602-7888-95-1
Tahun Terbit    : 2014




Komentar

  1. wahh yang pemenang lomba ya, jadi penasaran..makasih reviewnya ya sayy...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Tulisannya naskah pilihan pemenang gitu... Jadi ga tau apa ini 10 besar atau 3 besar :D

      Hapus
  2. waw, naik gunung tanpa persiapan bahaya juga ya, mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Kalau enggak biasa gerak *kayak saya* kan bisa kepayahan.

      Hapus

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.