Langsung ke konten utama

Bukan Pangeran Kodok



Gaung buku yang berupa kumpulan cerpen memang meredup dibandingkan novel di dunia perbukuan tanah air. Tapi bukan berarti mati sama sekali. Ada beberapa kumpulan cerpen yang diterbitkan oleh para penerbit. Salah satunya yang diterbitkan Penerbit Andi yang berjudul Bukan Pangeran Kodok.

Mengambil segmen remaja, kumpulan cerpen ini hadir dengan sebagian besar ceritanya berkisah tentang cinta ala remaja. Baru membaca sebagian cerpen yang ada di dalamnya saya menukas dalam hati saya sukaaa. Cerpen-cerpen di dalamnya adalah cerpen dengan tema kekinian yang tetap mengedepankan kesantunan. Membacanya jadi bikin saya bernostalgia pada masa putih abu-abu, saat masih unyu-unyu dan jadi secret admirer si ini dan si itu :p


Di akhir cerpen yang ditulis oleh kak Santi Artanti saya ikut bersenandung :
Never mind, I'll find someone like you..
I wish nothing but the best for you too..
Don't forget me, I begged..
I'll remember, you said..
Sometimes it lasts in love..
But sometimes it hurts instead.. 

Lagunya Adele itu memang pas mewakili ending dari cerpen tersebut. 


Ketika membaca cerpen dari mbak Ade Anita saya jadi pengin mencoba untuk menaklukkan sensor di tangga escalator. Hahaha…. Cerpen itu berkisah tentang Dewi yang bersama teman-temannya sedang senang-senangnya membuat tantangan untuk mengalahkan sensor escalator yang sekarang marak diberlakukan pada escalator inovasi terbaru. Sensor itu loh, kalau ada yang mendekat, anak tangga escalator yang tadinya bergerak lambat akan melaju dengan cepat.

Bagi Dewi menaklukkan sensor escalator itu tidak hanya sesederhana seperti yang dipikirkan teman-temannya. Bagi Dewi mengalahkan sensor escalator itu sama dengan mengalahkan sifat penakut dan peragunya yang selama ini membayanginya. Namun, setelah semua teman-temannya berhasil, Dewi adalah satu-satunya yang belum berhasil. Dewi tak menyerah begitu saja. Dia begitu terobsesi dengan sensor escalator itu.

Cerita dari Arul Chandrana adalah cerita tentang seorang pria yang menjadi sahabat seorang wanita. Dia menaruh perhatian lebih pada sahabat wanitanya itu. Naksir gitu deh. Tapi ujung-ujungnya malah si wanita jadian dengan cowok lain. Kelabakanlah dia. Mencari beragam cara untuk memisahkan wanita pujaan hatinya itu dengan kekasihnya. Endingnya bikin greget.

Pada akhir cerpen itu saya mengambil kesimpulan kalau untuk terbentuknya sebuah hubungan tidak cukup hanya dengan adanya perasaan saling menyukai tapi juga diperlukan sebuah pengungkapan. Kalau saling menebak dan saling menunggu aja... Ya bakal gitu deh. Yang baca gemesss. Tapi sukaaa. Hihihi..

Ngomongin soal ending, saya juga tertarik dengan salah satu cerpen yang ditulis oleh Dhewi Bayu Larasati. Membaca sebuah cerpen biasanya saya tak bisa menghentikan pikiran yang berjalan dalam benak saya untuk menebak endingnya. Dan ketika membaca cerpen yang berjudul Lima Ratus Kilometer saya juga terus menebak-nebak bagaimana jalan ceritanya berakhir. Dan saya cukup senang karena jalan ceritanya tidak seperti yang saya bayangkan.

Cerpen Lima Ratus Kilometer berkisah tentang terjalinnya hubungan kasih antara Rara dan Rizal. Mereka belum pernah bertemu, hanya berhubungan dengan alat telekomunikasi gitu. Dan kemudian Rara merencanakan sebuah kejutan untuk Rizal. Rara ingin mendatangi Rizal di kota Rizal berasal. Rara rela berhemat demi mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk bisa membiayai perjalanannya ke kota di mana Rizal tinggal. Dan endingnya tidak sesuai dugaan saya. Hihihi….

Ini adalah salah satu kumcer yang saya rekomendasikan untuk para remaja. Jika semua buku fiksi beredar adalah buku fiksi yang semacam ini, akan memberikan pencerahan buat para remaja.

Judul : Bukan Pangeran Kodok
Penulis : Shabrina WS, Riawani Elyta, Sari Yulianti, dll
Editor : Yashinta
Setting : Vita / Alek
Desain Cover : Yisar
Penerbit : Sheila (Imprint dari Penerbit Andi)

Tahun Terbit : 2014

Komentar

  1. Reviewnya bagus Mba Yantii.. semakin banyak baca review semakin banyak buku yang pengen dibaca. Huhuhu. Apa daya terbatas budget dan waktu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ihiks... Sama, Mas. Terbatas budget dan waktu buat baca. Makasih ya, Mas :D

      Hapus
  2. kakaak makasih udah dirensiin bukunya <3

    BalasHapus

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.