Langsung ke konten utama

Daisuki Da Yo Fani-chan



Astaga.. Astagaa… Postingan terakhir di blog buku bulan Juli, tanggal 11 pulak. Blog bukuku berdebuuu. Padahal udah resmi jadi member Blog Buku Indonesia, kok masih malas sih, Yan? Baiklah… Baiklah.. Mari ngeblog soal buku lagi.

Kali ini mau bicara tentang buku berjudul Daisuki Da Yo Fani-Chan karya Winda Krisnadefa. Ini buku saya dapat gratis dari Penerbit Mizan, sebagai reward dari dimuatnya resensi buku Pangeran Bumi, Kesatria Bulan karya Ary Nilandari. Saya memang sengaja minta buku ini sebagai reward, untung dikabulin. Alhamdulillah… Makasiiih Mizan. Mizan emang teope begete deh kalau kasih reward. Kita-kita juga jadi semangat bikin resensi buku Mizan lagi ;-)

Karena buku ini saya minta gitu jadi so pasti dong saya emang pengin sama buku ini. Ini buku kedua karya Mak Winda yang saya baca. Buku pertama yang Macaroon Love itu nggak terlalu berkesan buat saya, tapi saya nggak jera tuh baca karya beliau. Dan buku yang kedua ini jauuuuuh lebih saya suka dari buku pertama.


Bercerita tentang Fani yang setelah sekian lama menganggur, dalam kondisi penganggurannya itu dia selalu menerima omelan emaknya, akhirnya si Fani diterima bekerja sebagai resepsionis di sebuah kantor milik perusahaan Jepang. Fani yang merupakan mahasiswi pintar, cerdas dan berprestasi itu rela gitu jadi resepsionis doang. Hal itu karena Fani menolak dan mengelak untuk kerja di hotel berbintang. Ada trauma tentang hotel berbintang.

Fani juga berusaha untuk tidak bersahabat lagi dengan siapa pun. Tapiiii… Siapa yang bisa menolak pesona Onis? Rekan kerja Fani, sesama resepsionis itu akhirnya jadi sahabat Fani. Onis dengan gaya pergaulannya yang bebas dan terlihat nyantai dalam segala situasi bisa juga menjadi sahabat Fani.

Di kantor, Fani juga menerima perhatian khusus dari bosnya Tanabe-San yang membuat perutnya kerap merasa klitik-klitik gitu. Oya, cerita juga ada kilas balik waktu Fani masih kuliah untuk alasan mengapa dia rela menjadi resepsionis padahal seharusnya bisa punya jabatan yang lebih tinggi.

Oke, sinopsisnya (kalau bisa dibilang synopsis sih) cukup sampai di situ aja. Berikutnya adalah komentar saya tentang novel ini.

Pertama, sudah saya sebut di atas. Buku kedua penulisnya yang saya baca bla bla bla…

Kedua, judulnya panjang beneeeeer. Buat yang suka atau bisa bahasa Jepang sih mungkin sekali lihat langsung glep, bisa hafal judul novelnya. Tapi buat saya yang taunya Cuma Arigato, Oshin dan belakangan juga tau sama Kenshin (Kenshin cakep ya? :p), judulnya ini susah diingat. Oya, saya juga tau Conan, Nobita, dll deh ya. Udah ah, intinya sama bahasa Jepang saya nggak tau. Jadi judulnya susah diingat. Setiap mau nulis judulnya saya selalu nyontek deh ke covernya dulu.

Ketiga, kalau baca judulnya saya nangkapnya ini settingnya bakalan Jepang nih. Setting tempat gitu ada di Jepang sana. Ternyata? Settingnya Jakarta, Singapura dan sedikit Bandung. Jepangnya? Si Fani kerja di perusahaan Jepang, bosnya orang Jepang deesbe (baca : dan sebagainya). Jadi nggak ada adegan mata berkaca-kaca di bawah sakura!

Keempat, mengangkat profesi yang jarang sekali diangkat dalam sebuah karya menjadikan nilai plus dari novel ini. Kita jadi tahu dan mengenal dunia resepsionis. Padahal kalau kita ke perusahaan atau hotel atau apa lah gitu kan yang biasa kita hadapi yang pertama adalah resepsionis dengan senyum manis.

Kelima, disajikan dengan plot (plot atau alur ya?) ya gitu deh ya. Intinya novel ini selang seling ceritanya gitu antara masa kini dan masa lalu yang kemudian bertemu di satu titik. Penyajian seperti ini yang bikin penasaran dan menebak-nebak jalan cerita. Ada apa sih antara Fani, Lana dan Ogi?

Penyajian untuk masa lalu dan masa kini juga dari sudut pandang penceritaan yang berbeda. Untuk masa kini pakai sudut penceritaan orang pertama, sedangkan masa lalu memakai sudut penceritaan orang ketiga. Sebuah pilihan yang cerdas. Kalau nggak gitu, kita nggak tau apa yang dialami Lana.

Keenam, cerita di dalamnya mengandung banyak pelajaran. Tapi nggak menggurui juga kok.

Ketujuh, 4 bintang deh buat novel ini.

Kedelapan, cukup sekian dan terima kasih sudah membaca. Sampai jumpa di resensi yanti berikutnyaaaa…..

 Judul               : Daisuki Da Yo Fani-Chan
Penulis             : Winda Krisnadefa
Penyunting      : Rini Nurul Badariah
Penerbit           : Qanita
Tebal Buku      : 300 Halaman
ISBN               : 978-602-1637-36-4
Tahun Terbit    : Cetakan Pertama, Juni 2014


Komentar

  1. astaga astaga!! resensi buku saya juga gak ada kemajuan... :). Ayo Mbak Yanti, semangat untuk blog bukunya...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... Iya, Mbak Nurin. Berdebu nih blog saya. Ayo kita semangaaat :D

      Hapus

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Ketika Anak Kecil Jadi Pengusaha

   Dalam membaca buku anak, saya lebih suka membaca buku anak yang ditulis orang dewasa. Walaupun ketika membacanya, kadang tercetus dalam benak saya, kalau si anak yang menjadi tokoh itu kadang terlalu dewasa melebihi usianya. Tapi, toh namanya anak-anak zaman sekarang ya, Bok. Saya aja sering takjub dengan celutukan adek sepupu saya yang berusia 5 tahun. Kadang celutukannya udah kayak orang gede aja.    Saat membaca Reisha Si Pengusaha Cilik saya juga beberapa kali merasa, ih, ini omongan Reisha kok nggak seperti anak kelas 1 SD. Tapi, ternyata keheranan itu tidak hanya terjadi pada saya. Mamanya Reisha aja suka takjub dengan kata-kata yang keluar dari mulut Reisha. Semisal nih waktu Reisha berkata : “Aku punya rival dagang, Ma.” Mama pun dengan ketakjubannya berujar dalam hati. Rival? Di mana pula bocah kecil itu mendengar kata tersebut? (Hal 50)    Ada penjelasan di narasi juga yang menurut saya sedikit terlalu dewasa untuk ukuran buku anak. Seperti ketika menjela...

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'.