Karya duet tentu saja berbeda dengan karya solo. Seperti 2 orang penyanyi yang menyanyikan satu lagu secara bersamaan, yang terdengar dalam telinga pendengarnya tidak hanya satu suara, tapi kolaborasi dari 2 suara. Duet yang baik adalah ketika 2 karakter dileburkan kemudian terbentuklah karakter baru yang bisa membuat nyaman penikmatnya. Tidak hanya lagu yang bisa dinyanyikan secara duet, sebuah novel pun juga bisa ditulis secara duet. Seperti novel yang ditulis oleh Mbak Ifa Avianty dan Mbak Eni
Martini.
Judul novelnya adalah Sunyi. Sunyi
bercerita tentang dunia pernikahan dan dunia perempuan. Ada 3 perempuan yang
diceritakan di novel ini. Malaya, Melati, dan Soraya. Malaya adalah seorang
perempuan yang supel, cantik, energik tapi belum juga menemukan jodohnya hingga
usia 35 tahun. Di novel ini digambarkan Malaya mirip dengan Julia Robert.
Perempuan kedua adalah Melati.
Melati ini pendiam dan karakternya seperti bertolak belakang dengan Malaya.
Melati bersahabat akrab dengan Malaya saat SMA. Kemudian mereka dipertemukan
kembali pada sebuah kebetulan di mall. Yang akhirnya menghubungkan persahabatan
yang dulu sempat terputus. Saat itu Malaya memberitahu Melati kalau dia akan
menikah. Saat Malaya memperlihatkan foto calon suaminya, Melati kaget sekali.
Karena foto pria yang ada di ponsel Malaya adalah sosok yang dia kenal. Suami
dari staf-nya di daycare, yaitu Soraya.
Soraya adalah perempuan ketiga
yang diceritakan di novel ini. Soraya menikah dengan Reza namun belum
dikaruniai keturunan hingga tahun-tahun berjalan. Setelah memeriksakan diri ke
dokter, Soraya divonis mandul. Padahal suaminya sangat menginginkan anak yang
lahir dari rahim istrinya sendiri. Hal itulah yang membuat Reza ingin menikah
lagi dan Malaya yang akan dipersuntingnya.
Melati pun berada di tengah-tengah
antara Malaya dan Soraya. Di satu sisi, Melati melihat kebahagiaan pada Melati
yang akhirnya akan menikah juga. Di sisi lain, Melati juga melihat luka di mata
Soraya karena harus berbagi suami dengan wanita lain. Soraya juga tidak berdaya
untuk menolak keinginan suaminya saat meminta izin untuk menikah lagi.
Soraya
dan Malaya sama-sama melihat kehidupan Melati yang mereka pikir sempurna.
Melati punya suami yang tampan dan pintar, juga punya anak yang cantik dan
sehat. Padahal, Melati juga menyimpan pilu dalam pernikahannya. Suaminya tak
cukup memberi perhatian kepadanya dan anaknya. Hanya sibuk dengan kegiatannya
sendiri tanpa mau diganggu.
Begitulah cerita Sunyi berjalan.
Mengangkat topik poligami, tema yang sensitif tapi ada aturan dan dihalalkan
dengan syarat dalam agama Islam. Dalam Sunyi kita bisa menelusuri perasaan dari
perempuan yang akan dipoligami juga perempuan yang akan menikah dengan pria
yang beristri. Sehingga kita bisa mengetahui bagaimana perasaan mereka
sebenarnya.
Pelajaran lain yang bisa diambil
dari novel ini adalah tentang rumput tetangga. Kita seringkali melihat rumput
tetangga yang lebih hijau dari rumput di rumah kita sendiri. Melihat bagaimana
rumah tangga orang lain seperti begitu bahagia dan tanpa masalah. Seperti
Soraya dan Malaya yang melihat rumah tangga Melati. Mereka menilai Melati punya
segala-galanya. Suami yang tampan dan cerdas, juga anak yang cantik. Tapi…
Melati menyimpan nelangsanya sendiri. Tentang kesunyian yang ada dalam rumah
tangganya.
Kemudian tentang kepenulisan,dalam Sunyi, banyak sekali ditulis
kata ‘Mba’ dan ‘Gak’, maksudnya tentu saja Mbak dan Enggak. 2 kata itu yang
paling banyak saya temui. Ada beberapa kata lain yang tidak sesuai dengan KBBI
atau typo yang juga saya temui. Seperti aktivis yang ditulis aktifvis (Halaman
60 ).
Saya agak terganggu dengan penulisan
Mba dan Gak itu. Sampai mengecek KBBI. Dan ternyata saya memang tidak menemukan
2 kata itu di KBBI yang saya download di appstore. Apa KBBI yang saya gunakan
tidak valid? Yang ada adalah kata Mbak dan Enggak.
Enggak dalam KBBI |
Mbak dalam KBBI |
Tadinya saya berpikir, mungkin 2
kata itu digunakan dalam percakapan, sehingga tidak masalah untuk tidak memakai
kata baku. Tapi ternyata saya salah, ada banyak juga di narasi yang menggunakan
kata tersebut. Mungkin juga ini dikarenakan saya yang belum memahami penggunaan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga saya merasa penulisan itu salah. Semoga
ada yang bisa memberikan pencerahan kepada saya terkait hal ini.
Ga dan Gak bertaburan di mana-mana |
Kemudian tentang informasi yang
menurut pendapat saya terasa terlalu dipaksakan ada. Padahal bagus sih sebuah
novel memuat tentang beberapa info yang bisa menambah wawasan buat yang
membacanya, asalkan bisa dengan mulus memasukkannya dalam cerita.
Ada beberapa
hal dalam Sunyi yang saya merasa terlalu maksa dimasukin di cerita. Seperti
ketika bercerita tentang Malaya yang memakai pashmina. Dan tiba-tiba saja
justru bercerita bagaimana cara memakai pashmina dan kalau wudhu juga bagaimana
menggunakan pashmina itu. Penjelasan cara memakai pashmina seperti membaca
tutorial, enggak asyik masuk dalam ceritanya. Begitu juga informasi tentang
cumi, ikan kembung, dll.
Walau tidak semuanya informasi
saya rasakan terlalu maksa masuk dalam cerita di novel ini. Ada juga informasi
yang masuk secara halus dan mulus ke dalam cerita. Seperti saat menjelaskan
tentang autis asperger yang disandang Raditya.
Coba kita bedakan informasi antara
keduanya, saya yang belum bisa nulis buku dan novel sambil belajar juga :
Informasi tentang Autis Asperger :
Perlu kukatakan bahwa aku didiagnose sebagai penyandang autis asperger. Banyak yang menyamakan asperger sebagai bagian dari autis. Sebenarnya agak sedikit berbeda. Penyandang asperger amat menyukai detail yang rumit, itu sebabnya aku memilih Teknik Kimia yang dipenuhi mata kuliah yang rumit. Kimia anorganik dan struktur logam adalah mata kuliah favoritku. Praktikum kimia anorganik, metalografi, dan reaksi fisika kimia inti amat kusuka. Orang-orang asperger biasanya memiliki kelebihan dalam bidang matematika, ilmu eksakta, bahasa tulisan, dan special. Itu aku. Di sisi lain, aku tak suka tampil, penyendiri, emosional, dan sering bermasalah dengan hubungan personal. Aku tak peka terhadap kondisi emosional orang lain. (Halaman 193-194)
Nah, informasi di atas terasa menyatu dalam cerita
karena juga dikaitkan dengan tokohnya. Jadi, tidak ada kalimat berderet-deret
dengan informasi seperti di Wikipedia.
Bandingkan dengan informasi
seperti ini :
“Malaya membetulkan letak pashmina yang membingkai wajahnya dengan cantik, ia mengenakan pashmina sifon ungu yang terlihat modis, namun sesungguhnya cara pakainya amat sangat mudah saja. Kenakan pashmina sama panjang, lalu tark kedua ujung pashmina, silangkan ke leher, ikat ujungnya, akan tercipta draperi yang indah di dada, permanis dengan bros yang disematkan di samping menjepit pashmina ke inner. Kalau mau wudhu tinggal lepas bros, biarkan pashmina jatuh ke bahu hingga bisa leluasa membasuh wajah dan telinga yang tersembunyi di balik inner. Selesai wudhu benarkan letak inner, tarik kembali pashmina yang jatuh ke bahu, sematkan bros, beres.”
Membaca informasi di atas, seperti
membaca tutorial memakai pashmina yang dicopas dan dimasukkan dalam cerita. Walaupun
kalau diambil segi positifnya, pembaca bisa dapat tutorial gratis dari novel
yang dia baca :D
Tapi saya suka bagaimana di buku
ini saat ada kalimat asing yang ditulis selain bahasa Inggris, keterangan
terjemahannya bukan di catatan kaki atau di akhir tulisan. Tapi nempel di
kalimat tersebut. Contohnya seperti kalimat ini :
Judul : Sunyi
Penulis : Eni Martini dan Ifa Avianty
Editor : Tim Panser Pustaka
Penerbit : Panser Pustaka
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 240 Halaman
Hooo.. Lengkap-kap-kap-kap Mba Yanti.. Saluut. Jadi ngerti deh buku ini. Membantu memutuskan beli apa nggaknya nanti pas di toko buku :P
BalasHapusSaya sambil belajar juga saat membacanya, Mas Dani :D
HapusLengkapppp..kumplitt...aku jadi belajar bagaimana cara memasukkan sebuah keterangan agar bisa masuk dalam cerita
BalasHapusMakasiiih, Mbak Ade. Ynt juga mbak, masih belajar. Ini bisanya mengkritik aja. Praktiknya ga tahu deh. Hehehe....
Hapus