Langsung ke konten utama

Menganalisa Selera Buku Seseorang

"Yan, aku mau ke toko buku besar nih, buku yang bagus apa ya?"

Sudah cukup sering saya mendapat pertanyaan seperti itu, dan biasanya saya tidak serta merta menjawab dan mencoba berpikir dulu. Hal itu mungkin karena saya ngerasa pernah memberikan jawaban yang salah akan pertanyaan tersebut. Saat saya menyebut judul buku sebagai jawaban dan si penanya kemudian membelinya, eh, selang beberapa waktu si penanya malah protes kalau bukunya nggak banget.

Nah, lho? Kan saya jadi nggak enak juga kalau gitu. Dan kemudian saya sadar sepenuhnya kalau masalah buku ini sering adalah masalah selera banget. Apa yang kita suka, belum tentu disuka orang lain. Berapa banyak pecinta membaca buku di belahan dunia ini yang suka Harry Potter? Banyak kan? Saya nggak suka. Dan sampai sekarang belum berhasil membaca tuntas satu jilid pun. Padahal suami saya punya bukunya, loh. Nggak berminat juga saya bacanya.


Jadi, untuk menjawab pertanyaan, buku apa yang bagus dan si penanya berniat membeli, buat saya tak hanya sekadar menjawab judul sebuah buku tapi juga harus menganalisa selera si penanya. Susah? Ya iya lah. Apalagi kalau saya tidak terlalu mengenal si penanya.

Kalau mereka yang sudah dekat sih saya bisa meraba kesenangannya. Seperti suami saya misalkan. Habis membaca buku saya bisa bilang kalau buku yang saya baca nggak bakalan suami saya suka atau bisa jadi beliau suka atau ini selera suami saya banget. Walau suami istri tapi soal selera bacaan saya dan suami memang beda jauh. Begitupun soal tontonan :D

Kalau untuk beberapa teman itu yang kadang agak susah gitu ngeanalisa kesenangannya. Apalagi kalau dari awal saya melihat kalau kecendrungan kesukaan akan genre tertentu berbeda. Biasanya sih untuk amannya saya bakalan bilang, saya suka buku ini, tapi nggak yakin juga yang lain suka. Hehehe... Supaya nggak disalahkan kalau ternyata si penanya nggak suka :p

Seperti yang saya sebut di atas, saya pernah ditanya buku apa yang bagus, e tapi ternyata bagus versi saya itu nggak banget buat si penanya. Dia pun kemudian menyebutkan judul buku yang bagi dia bagusss banget, ketika saya membacanya, saya pun bisa sedikit meraba kesenangan si penanya. 

Maka, ketika kemudian saya membaca buku karya dari penulis yang lain yang saya raba sesuai selera dengan si penanya itu, saya pun merekomendasikan karya penulis tersebut. Dan beberapa waktu kemudian, si penanya nanya lagi, judul buku apa yang ditulis penulis tersebut? Ahaha... Berarti saat itu saya berhasil menganalisa selera teman saya itu. Tapi, nggak tiap saat juga sih saya bisa menganalisa selera seseorang. 

Jadi, pertanyaan yang sebenarnya simpel buat orang yang suka buku itu jawabannya nggak sesimpel pertanyaannya. Perlu analisa buat menjawabnya. Atau saya aja kali ya yang mikirnya terlalu ribet :p

Komentar

  1. Iya mbak, selera orang kan beda-beda ya :) Menurut saya buku ini baguuuuusss, bisa jadi menurut mbak malah sebaliknya, enggak banget ! Hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena itulah di goodreads yang ngasih bintang untuk satu buku bervariasi ya, Mbak. Ada yang ngasih 5 bintang, trus ada juga yang 1 bintang :D
      Makasih sudah mampir ya, Mbak :-)

      Hapus

Posting Komentar

Tulis Komentar Anda

Postingan populer dari blog ini

Ketika Seorang Anak Punya Ibu Tiri dan Ibu Kandung

"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..." Itu lirik lagu kan ya? Lirik lagu yang sudah familiar di telinga kita. Sehingga anggapan tentang ibu tiri itu selalu jahat juga seperti sesuatu yang mutlak. Belum lagi banyak cerita-cerita rakyat yang berkisah tentang kejamnya ibu tiri. Sebut saja Bawang Merah Bawang Putih, atau kalau dari daratan eropa ada yang namanya Cinderella. Kisah-kisah tersebut juga mampir di telinga anak-anak zaman sekarang. Sama saja lah dengan anak-anak zaman saya dulu yang beranggapan ibu tiri itu kejam binti jahat. Maka sebuah novel anak yang berjudul Aku Sayang Bunda, mendobrak pemikiran-pemikiran tersebut. Terlebih dengan sasarannya yang ditujukan untuk anak-anak.

Kalap Buku (Penimbun atau Pembaca?)

Akhir tahun kemarin saya meniatkan untuk tidak membeli buku dulu sampai bulan maret. Boro-boro sampai bulan maret, baru awal januari saja saya sudah beli 2 buku di Gramedia Balikpapan. Citra Rashmi dan Metropolis. Dann trus kesengsem dengan promo salah satu teman penulis saya kak Adya Pramudita yang menjual buku beliau dengan tawaran khusus free ongkir seluruh Indonesia. Wuiiih, saya nggak pengin dong melewatkan kesempatan itu. Apalagi beli di penulisnya langsung bisa dapat ttd. Akhirnya beli lah saya buku itu. Niatan buat puasa beli buku tinggal isapan jempol belaka. Tapi, saya masih berniat tuh untuk menahan beli buku. Tapi, pas minggu kemarin saya ke Balikpapan dan selalu menyempatkan mampir di Gramedia, pandangan saya langsung tertuju pada promo buku murah dengan embel-embel 'buku murah dari 5000 s/d 20000' dan 'buku murah dari 10000 s/d 50000'. 

In a Blue Moon - Ilana Tan

Membaca buku yang belum beredar di toko buku itu rasanya sesuatu. Apalagi bukunya banyak ditunggu para fans penulis tersebut. Ada sensasi rasa senang ketika melahapnya. Terima kasih buat ka Fitri Gita Cinta yang sudi meminjamkannya ;-) In a Blue Moon adalah karya terbaru dari Ilana Tan. Buku yang saya baca berstatus Contoh Cetakan dan Tidak untuk dijual. Seperti karya Ilana Tan sebelumnya, unsur romance yang kental tetap menjadi ciri khas Ilana Tan dalam karya teranyarnya ini. Lucas Ford harus menerima perjodohan yang dicetuskan oleh sang kakek. Ketika Lucas bertemu dengan tunangannya itu, Lucas kaget karena dia sudah mengenal gadis itu sebelumnya. Sophie Wilson bukan orang baru dalam kehidupan Lucas, mereka pernah saling mengenal saat masih duduk di bangku SMA. Kakek Lucas pun senang mengetahui cucunya sudah mengenal dengan seseorang yang dia ingin jodohkan. Namun, Sophie menegaskan sesuatu, “Kami hanya bersekolah di SMA yang sama. Tidak bisa dibilang berteman.”