Ada
beberapa hal kenapa saya suka baca buku anak walaupun bukan anak-anak lagi.
Alasan pertama, ceritanya simple. Jadi enggak perlu kening berkerut-kerut buat membacanya. Asyik buat refreshing.
Kedua, biasanya cerita anak mengandung nilai. Nilai dalam artian pesan kebaikan
maupun informasi yang ada di dalamnya. Ini bukan saja oke buat anak-anak, tapi
juga orang dewasa remaja seperti saya. Dan alasan ketiga… Saya pengin belajar menulis cerita
anak lewat buku yang saya baca. Proses membaca juga bagian dari belajar menulis
kan?
Ini
satu buku anak yang baru saya baca. Heuheu… Belinya sih udah lama, tapi bacanya
baru sekarang *sungkem sama mbak Febi*
Judul buku ini adalah Trio Milki
Way, bercerita tentang persahabatan antara Mila, Riki, dan Daway. Mereka
kemudian menamakan diri mereka Trio Milky Way. Milky Way berasal dari nama
mereka. Mil untuk Mila, Ki untuk Riki, dan Way untuk Daway. Mereka belum tahu
kalau Milki Way juga nama sebuah galaksi di angkasa raya.
Suatu hari di sekolah Trio Milky
Way ada sebuah pengumuman penting, pengumuman kalau ada lomba gigi cemerlang
antar-murid di seluruh kabupaten tempat mereka tinggal. Lomba itu diadakan oleh
satu pasta gigi bernama Smiledent. Hadiah lomba itu adalah jalan-jalan ke Ancol
untuk menikmati beragam wahana di Dunia Fantasi.
Sebagai anak daerah yang ada di
Kabupaten Pinrang di Sulawesi sana, tentu saja iming-iming hadiah itu sangat
menggiurkan bagi Trio Milki Way. Mereka pun pengin ikutan. Tapiiiii…. Gigi
mereka jelek. Bagaimana bisa ikut lomba? Namun, karena lombanya tiga bulan
lagi, jadi mereka punya kesempatan untuk memperbaiki gigi mereka yang jelek.
Seorang teman mereka yang punya
gigi bagus mengusulkan agar mereka ke dokter gigi saja. Namun, Trio Milki Way
takut ke dokter gigi. Takut disuntik, takut dibor, dan ketakutan lainnya. Didu
pun yang mau ke dokter gigi mengajak mereka ikut serta karena Didu ingin ke
dokter gigi. Trio Milki Way masih takut-takut dengan ruangan dokter gigi itu
meskipun dokter Ismi, nama dokter gigi itu sangat ramah. Tapi, lama kelamaan
mereka berani juga.
Di ruang praktik dokter Ismi
mereka melihat beragam peralatan yang ada di sana. Seperti dental unit yang
merupakan kursi untuk memeriksa pasien. Ada mirror alat berbentuk gagang besi
yang ujungnya adalah cermin mungil berbentuk lingkaran, juga sonde alat yang
berbentuk gagang gusi juga tetapi ujungnya berbentuk huruf C dan runcing.
Tapiii… Trio Milki Way tetap
masih maju mundur cantik buat ke dokter gigi buat bikin gigi mereka bagus.
Mereka pikir Didu berani karena giginya udah cakep, jadi enggak perlu ke dokter
gigi lagi. Sedangkan gigi mereka jelek, jadi bakalan diapa-apain, dan mereka
takut. Tetapi mereka mencoba menepis ketakutan itu demi Dufan. Namun, hanya
Riki dan Daway yang berani. Mila tetap tidak berani, sampai kemudian satu
kondisi darurat membuat Mila harus pergi ke dokter Ismi.
Berhasilkah mereka ke Dufan? Sila
baca di bukunyaaaa….
Berapa banyak di antara anak-anak
yang takut ke dokter gigi? Saya juga takut. Hahaha... Buku ini memberikan gambaran kepada anak-anak tentang
apa yang dilakukan dokter gigi di ruang praktik mereka. Memberikan sugesti agar
tidak takut memeriksakan gigi ke dokter gigi.
Penjelasan tentang apa-apa benda
yang terdapat di dalam ruang praktik juga akan menambah wawasan kita saat
membacanya. Saya baru tau kalau yang suka dipegang dokter gigi itu namanya
mirror dan sonde. Ada gambarnya juga lho.
Penggambaran ruang praktik dan apa yang dilakukan dokter gigi
ini juga karena latar belakang penulisnya yang memang pernah menempuh
pendidikan di kedokteran gigi. Selain tentang dokter gigi dan sejenisnya, novel
ini juga bercerita tentang persahabatan.
Judul : Trio Milki Way
Penulis : Yudith Fabiola
Penerbit : Al-Kautsar Kids
Tebal Buku : 81 Halaman
Tahun
Terbit : 2014
Saya bayangkan seru sepertinya ceritanya ya Mba.
BalasHapusIya, Mas Dani. Seru kisahnya :D
Hapusaku udah baca buku ini. ternyata bener detail settingnya lengkap banget karena penulisnya dokter hehe
BalasHapusUdah baca Finding You ga, Mbak? Sama2 tentang dokter gigi juga. Sesuai latar pendidikan penulisnya :D
Hapus