Proses
menjadi mutiara sungguh sangat luar biasa, dari hanya sebutir pasir yang masuk
ke dalam kerang di dasar lautan. Hingga mengakibatkan kerang itu merasa sakit
yang amat sangat sampai akhirnya kerang itu mengeluarkan getah yang ada di
dalamnya hingga terbentuk sebuah mutiara yang cantik dan berharga. (Jangan
Menyerah, 113)
Deret
kalimat di atas adalah kalimat yang pas untuk menggambarkan buku ini. Tentu
bukan suatu hal yang mudah, ketika tulang punggung keluarga pergi dan tak bisa
kembali lagi. Goncangan dari segi financial adalah hal yang kerap menerpa.
Disertai dengan keyakinan kalau Allah tidak akan memberikan cobaan yang tidak
sanggup dipikul hambaNya, maka kisah-kisah di buku Jangan Menyerah ini hadir.
Mereka mencoba berusaha untuk berdikari sendiri.
Tidak
mudah bagi seorang anak kehilangan orangtuanya, baik kehilangan bapak atau pun
ibu. Terlebih jika seorang anak bungsu yang ditinggal wafat ibunya ketika masih
kecil. Hal itulah yang dialami Fazat Azizah. Ibundanya dipanggil Yang Kuasa
saat dia masih duduk di TK B. Hari-hari gadis perempuan kecil itu pun menjadi
hampa, batinnya terkoyak. Tapi, memasuki usia SD, dia kembali menyalakan
semangat dalam dirinya, meraih prestasi demi aura bangga dari mata bapaknya.
Namun
kenyataan membuat Fazat kembali berduka, dia kehilangan bapaknya pada saat
ujian SD. Di bangku MTs, semangat Fazat kembali kendur. Dia merasa tidak perlu
lagi berusaha dengan keras untuk berprestasi karena tidak akan ada lagi senyum
bangga dari bapak yang akan ia temui. Tapi, keinginan untuk mewujudkan
cita-citanya membuat dia belajar giat untuk bisa tembus ke universitas idaman,
walaupun pada akhirnya gagal tercapai.
Ketidakberhasilannya
menembus ITB membuat Fazat akhirnya mengikuti seleksi masuk MEC (Mandiri
Entrepreuner Center). Di sanalah Fazat bisa meraih prestasi demi prestasi.
Cerita
lain di buku ini dituturkan oleh Nunu El Fasa. Sejak kecil dia bercita-cita
untuk menjadi guru matematika. Namun, karena tidak ingin merepotkan sang kakak
yang menopang hidupnya setelah kedua orangtuanya wafat, dia menolak mengikuti
penawaran PMDK. Dia bertekad untuk mengubah kembali konstruksi mimpi yang telah
dibangunnya. Bekerja dahulu baru kuliah atau bisa jadi di pertengahan kerja
sambil kuliah malam. (Hal 194)
Nunu
selalu menjaga agar dia berada dalam lingkup passion-nya yaitu dalam bidang
matematika. Ketika bekerja dia pun memilih bidang yang tak jauh dari
matematika. Di tahun kedua setelah melepas seragam putih abu-abu, Nunu menerima
tawaran kakaknya buat kuliah di jurusan yang menjadi impiannya yaitu
matematika. Di dua semester awal, dia berhasil mempersembahkan IPK terbaik buat
kakaknya. Meskipun perjalanan satu tahun kuliah, tidak berjalan mulus sesuai
dengan harapannya. Jatuh bangun perjuangannya untuk tetap bertahan mengisi
hari-hari di setahun pertama itu.
Pada
tahun kedua kuliah, Nunu memutuskan memutar arah perjalanan. Cuti kuliah dan
mengambil beasiswa Mandiri Entrepreneur Center (MEC). Walau tidak mendapat
restu dari kedua kakaknya, tapi Nunu tetap keukeuh mengambil beasiswa MEC itu
karena surat cuti kuliahnya sudah dikeluarkan. Ada satu ilmu yang harus
dikuasai semua penerima beasiswa MEC yaitu entrepreneur. Di sanalah Nunu mulai
mengandalkan kemampuannya dengan membuka les matematika. Nunu pun merasakan
telah menemukan passion-nya di Surabaya hingga membuat dia meninggalkan bangku
kuliahnya di Jombang saat masa cuti kuliahnya sudah habis.
Di
tengah kesibukannya, Nunu juga terus belajar untuk menguasai satu bidang yang
baru dia kenal yaitu internet. Di sanalah dia mengenal blog dan mengisinya
dengan beragam ilmu yang dia minati. Dia menulis resep menghafalkan rumus,
link-link video matematika sampai cara menghitung tanpa angka. Pengunjung
blognya pun semakin banyak, aktivitas Nunu pun bergerak ke bidang kepenulisan
dan Nunu mulai menemukan serta menggapai mimpinya untuk berbagi ilmu yang dia
gemari.
Buku
ini memuat tentang cerita-cerita perjuangan anak-anak yatim dalam meraih impian
mereka. Di tengah segala keterbatasan karena kehilangan tulang punggung
keluarga yaitu ayah mereka, mereka terus berusaha untuk bisa menggapai masa
depan yang lebih baik. Dengan didampingi oleh Ibu Sofie Beatrix untuk
kisah-kisah yang ditulis di buku ini, memang menjadikan buku ini jadi punya
gaya bahasa yang nyaris seragam dan menjadikan semua kisahnya menjadi nyaman
buat dibaca. Biasanya dalam satu antologi ada tulisan yang menonjol sekali dan
ada yang biasa saja. Tapi, hal itu tidak saya temui di buku ini.
Lewat
buku ini saya juga mengetahui tentang Program Yatim Mandiri. Sebuah lembaga
nirlaba yang focus pada upaya memandirikan anak yatim dan janda dhuafa melalui
dana ziswaf. Info tentang yatim mandiri bisa dilihat di www.yatimandiri.org atau di twitter
@YatimMandiri dan FB : Yatim Mandiri.
Komentar
Posting Komentar
Tulis Komentar Anda